Wednesday, 1 February 2012

Bayan Prof. Salman Khan

Kejayaan dan keberhasilan kehidupan dunia dan akherat hanya terletak pada Agama. Setiap orang mempunyai standard yang berbeda terhadap kesuksesan. Padahal standard kesuksesan seseorang ini telah Allah tetapkan, namun kita tidak mampu memikirkannya. Allah telah jadikan sahabat dan kehidupan mereka sebagai model untuk ditiru. Walaupun secara teknis cara hidup mereka berbeda dengan kita sekarang. Kesuksesan itu hanya terjadi bila manusia ini dapat memasuki surganya Allah.
Kesuksesan hidup di dunia adalah kehidupan yang dapat mengantar manusia ini ke surganya Allah Taala. Jika kehidupan yang kita jalani ini tidak dapat mengantar kita  ke Surganya Allah Taala, maka ini bukanlah kehidupan yang sukses. Tetapi ini kehidupan yang akan mendatangkan kecelekaan, penderitaan, dan kemalangan lahir dan bathin, dunia dan akherat.
Sahabat kehidupannya lapar berhari-hari sampai perutnya ditahan dengan batu, disiksa, baju tambalan, rumah kecil,  tetapi justru mereka yang dinyatakan telah sukses oleh Allah Taala dalam Al Quran. Sahabat dikejar-kejar musuh, meninggalkan keluarga, harta benda, dan perdagangannya semua dilakukan demi kepentingan Agama. Inilah kehidupan orang-orang yang telah Allah Ridhoi dan mereka Ridho kepada Allah.
Beda dengan musuh-musuh Allah :
1.    Firaun dan Namrud hidup sebagai Raja yang besar pada jamannya
2.    Qorun hidup sebagai pengusaha yang bergelimang harta
3.    PM Hamman seorang perdana mentri yang sukses karir politiknya
4.    Kaum Saba yang sukses dengan pertaniannya
5.    Kaum Ad yang sukses dengan ilmu kesehatannya
6.    Kaum Madyan yang sukses dengan perekonomiannya
7.    Kaum Tsamud yang sukses dengan teknologi perumahannya.
Walaupun dari segi keduniaan mereka telah mencapai kejayaan dan kesuksesan tetapi mereka ini menurut Allah adalah orang-orang yang gagal. Mereka ini adalah orang-orang yang Allah hinakan di dunia dan di akherat. Ini karena mereka gagal mengikuti perintah Allah. Sahabat walaupun keduniaannya jauh dari keduniaan dan kesuksesan kaum-kaum terdahulu, tetapi mereka ini yang Allah telah nyatakan kesuksesannya.
Kekurangan pada diri kita bukanlah berarti kegagalan. Sahabat Amr bin Jamuh RA, ia adalah seorang yang lemah dan cacat kakinya, tetapi ia telah sukses dunia dan akherat asbab pengorbanan yang dia lakukan untuk agama. Sahabat faham betul mengenai pentingnya Iman dan Amal. Bilal RA secara status ia adalah seorang budak sebelum masuk Islam, dan banyak disiksa, tetapi setelah agama wujud dalam diri Bilal RA, langkah kakinya saja dapat didengar oleh Nabi SAW di surga ketika Bilal RA masih hidup. Ini baru yang namanya sukses dan jaya dunia dan akherat.
Sebelum mati seseorang tidak akan tau apakah ia seorang yang sukses atau tidak. Seseorang akan mengetahui apakah dia telah sukses setelah dia mati. Saat ini setiap manusia harus berusaha jika ingin sukses dunia dan akherat. Tanpa usaha atas Iman dan Amal maka manusia akan celaka dunia dan akherat.
Orang yang tidak beriman, ia tidak akan tau cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan. Tetapi orang yang beriman tidak boleh tidak tau cara mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan ini. Allah telah berikan cara kepada orang beriman untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Zaman boleh berubah bahkan lebih maju, namun cara untuk mendapatkan kebahagiaan tidak pernah berubah dari pertama manusia diciptakan sampai manusia yang terkahir mati. Kalau ingin bahagia dari dulu hingga kini tetap sama, yaitu hanya dengan cara mengikuti kemauan Allah.
Nabi SAW tidak dilahirkan di suatu kaum yang beradab dan mempunyai kebudayaan yang tinggi seperti di China, Persia, atau di Romawi. Ini karena Allah tidak letakkan kesuksesan dan kejayaan dalam peradaban. Dan Nabi SAW tidak dilahirkan di zaman yang teknologi canggih seperti sekarang. Allah hanya meletakkan kejayaan dan kesuksesan hanya dalam mentaati perintah-perintahNya. Di jaman yang paling Jahil dan tidak beradab Nabi SAW dilahirkan, dan membawa cahaya hidayah di tengah kegelapan dan kemasiatan. Sehingga apa yang diusahakan oleh Nabi SAW membawa perubahan pada peradaban dunia.
Rasullullah SAW ketika itu berdakwah sendirian dari pintu ke pintu. Demi kerja dakwah ini beliau melewati banyak kesusahan dan penderitaan. Beliau SAW dimusuhi, diboikot keluarganya, dicaci maki, disakiti, namun ini tidak mengurangi kerja dakwah beliau.  Bahkan beliau ketika perintah Dakwah turun dari Allah, beliau SAW katakan kepada istrinya bahwa kini sudah tidak ada waktu lagi untuk istirahat. Beliau pergi pagi dengan pakaian yang bersih lalu pulang sore dengan pakaian yang kotor. Rasullullah SAW faham tentang pentingnya kerja agama ini. Bahkan sampai-sampai Nabi SAW ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi Quraish untuk menghentikan kerja dakwah ini. Mereka beranggapan bahwa Nabi SAW sudah keluar dari cara hidup leluhur mereka. Tapi apa kata Nabi SAW, walaupun mereka mampu memberikan bulan di tangan kanan dan matahari di tangan kirinya, maka itupun tidak akan bisa menghentikannya dari kerja dakwah. Nabi SAW faham bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bukan datang dari kebendaan dan kekuasaan yang kita miliki, tetapi dari menjalankan perintah-perintah Allah. Nabi SAW telah menafikan semua kebendaan demi usaha dakwah ini, sementara kini kita telah menafikan usaha dakwah ini demi kepentingan dunia.
Harta dan jabatan bukanlah standard ukuran keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam menjalani hidup ini. Keberhasilan dan kegagalan hidup hanya dapat dilihat dari sejauh mana manusia menjalankan perintah-perintah dan sejauh mana manusia mewujudkan cara hidup Rasullullah SAW dalam kehidupannya. Seluruh kebendaan dan kenikmatan dunia ini bukanlah tolak ukur kebahagiaan seseorang, tetapi 23 tahun kehidupan kenabian inilah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan yang telah Allah tetapkan. Inilah aturan dan ketetapan yang Allah telah buat untuk manusia. Manusia kini sibuk bagaimana hidupnya dapat mempunyai nilai, tetapi Allah telah jadikan kehidupan Nabi selama 24 jam sebagai tolak ukur nilai kehidupan. Cara hidup selain yang dicontohkan Nabi SAW, tidak ada nilainya disisi Allah. Hanya apa yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang bernilai disisi Allah.
Seluruh kehidupan Rasullullah SAW selama 24 jam dapat di ikuti dan di ketahui. Tidak ada yang tersembunyi dari kehidupan Rasullullah SAW, semuanya dapat diketahui oleh semua sahabatnya sebagai pengajaran dan contoh untuk semua manusia. Seluruh anggota tubuh ini telah Allah berikan informasinya bagaimana menggunakannya dan untuk apa digunakan. Semuanya telah diberikan oleh Nabi SAW, cara dan standard penggunaan anggota tubuh ini sehingga dapat mendatangkan nilai disisi Allah. Segala aktifitas yang dilakukan oleh Nabi SAW walaupun itu cara berjalannya Nabi SAW telah dihitung oleh Allah Taala sebagai amal sholeh.
Dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat, kita tidak perlu ilmu lain, selain yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi SAW. Ilmu-ilmu selain dari yang diajarkan Nabi SAW, hanya keperluan saja, bukanlah tujuan yang sebenarnya. Orang yang yakin akan bahagia dengan ilmu-ilmu selain yang telah diajarkan Nabi SAW, inilah mereka yang tertipu oleh dunia. Ilmu yang diajarkan Nabi SAW adalah ilmu yang bisa membawa manusia kepada Allah dan Surganya. Selain Ilmu yang diajarkan Nabi SAW ini bisa menjadi jebakan setan agar manusia cinta dunia dan segala perhiasannya sehingga meninggalkan Allah dan akheratnya. Dimata Allah tanpa Iman dan amal, dunia dan segala isinya tidak ada nilainya, walaupun hanya sebelah sayap nyamuk. Ilmu Dunia yang bernilai disisi Allah adalah yang digunakan untuk kepentingan agama dan Dakwah. Seperti menjadi dokter untuk dakwah dikalangan dokter, menjadi polisi untuk dakwah dikalangan polisi, menjadi pedagang untuk berdakwah dikalangan pedagang, dan lain-lain.
Saat ini manusia mengira mereka dapat menghasilkan sesuatu dengan jerih payah mereka. Mereka kira rizki akan bertambah asbab ilmu dan usaha mereka yang meningkat pula. Mereka menyangka seluruh kebendaan dan status yang mereka miliki adalah hasil dari pengorbanan dan usaha mereka. Seperti Qorun, seorang pedagang yang kaya raya, ketika ditagih untuk bayar zakat dia tidak mau. Musa AS berkata bahwa seluruh kebendaan yang dia miliki semuanya datang dari Allah dan milik Allah. Qorun malah menentangnya dengan berkata, “Ini adalah hasil dari jerih payah saya dan karena kecerdasan saya.” Hari inipun jika kita melihat seseorang bertengkar karena harta maka jawaban seperti inilah yang keluar dari mereka.
Sahabat dahulu tidak meletakkan yakinnya pada asbab-asbab seperti kebendaan, perdagangan, dan status yang mereka miliki. Tetapi sahabat meletakkan yakinnya pada Allah Taala, sebagai Rabbul Asbab bukan pada asbabnya. Allahlah yang memberi keuntungan bukan perdagangan. Hari ini yakin kita telah keliru, kita yakinnya pada toko kita, perdagangan kita, kantor kita, yang memberi kita hidup, tanpa itu bagaimana kita bisa hidup. Sehingga ketika kita diminta untuk berkorban di jalan Allah sulit sekali bagi kita untuk dapat meninggalkannya. Berbeda dengan sahabat, walaupun ketika sedang panen usaha mereka, namun ketika panggilan agama datang mereka langsung tinggalkan semua itu. Ini karena yakin mereka sudah benar. Kita lupa dengan toko yang sama, usaha yang sama, kantor yang sama, perdagangan yang sama, seseorang dapat Allah buat bangkrut dan celaka dunia dan akherat.
Keyakinan sahabat kepada Allah ini telah membuat mereka mampu menafikan segala hal yang mereka miliki. Sehingga keyakinan mereka ini dapat mendatangkan Qudratullah dalam kehidupan mereka. Seperti berjalan diatas air, menghalau lahar api kembali ke lubangnya, memerintahkan sungai nil, menghentikan gempa, mendatangkan hujan, menghidupkan keledai mati, dan menjewer singa, ini semua perkara yang biasa bagi sahabat. Doa mereka sangat Ijabah sehingga mampu mendatangkan Qudratullah dan Nusratullah, ini karena level Iman dan Amal yang sampai di tingkat yang Allah mau. Bagaimana cara meningkatkan Iman sampai ke level para sahabat. Ini hanya bisa dilakukan jika ada usaha atas Iman dan Amal yaitu dengan menjalankan Usaha Dakwahnya Nabi. Umat turun imannya karena meninggalkan kerja ini. Sahabat korbankan harta, keluarga, dan diri,  seluruhnya untuk usaha ini. Sehingga karena ini Allah berikan kesuksesan pada mereka di dunia dan di akherat. Jika kita berbuat seperti Sahabat maka Allah akan berikan kita kesuksesan yang sama.
Jika kita sudah bisa meninggalkan hal-hal yang kita cintai untuk keluar di jalan Allah, barulah Allah akan berikan kita kesuksesan dan kefahaman agama seperti para sahabat. Setiap orang tidak akan sama tingkat kesuksesan dan kefahamannya karena ini tergantung pada pengorbanan setiap orang. Inilah cara Allah mendistribusikan kebahagiaan dan kesuksesan, tergantung pada Doa dan pengorbanan kita yang sungguh-sungguh atas agama Allah.
Jangan takut atas perkara Rizki karena semua itu telah Allah atur dan Allah mempunyai caraNya sendiri dalam menyalurkan rizki itu. Tidak ada hubungannya antara rizki dan usaha kita. Seperti kisah 2 orang murid lulus dari universitas dengan gelar dan nilai yang sama. Tetapi setelah lulus yang satu mendapat kerja dengan gaji yang tinggi dan yang satu pengangguran tidak ada penghasilan apa-apa. Jadi semuanya telah diatur Allah, gelar kita tidak dapat menjamin apa-apa selain apa yang Allah telah tetapkan. Inilah bukti bahwa keduniaan yang kita miliki tidak bisa menjamin rizki yang telah ditetapkan oleh Allah. Apakah mereka kedua-duanya bisa bahagia, tentu bisa asal mereka mau taat pada perintah Allah. Jika yang berpenghasilan tinggi dia tidak taat dan yang pengangguran dia bisa taat pada perintah Allah, maka yang berpengangguranlah yang akan bahagia dan Allah berikan kesuksesan dunia dan akherat. Karena tolak ukur kesuksesan dan kebahagiaan ini hanya pada ketaatan terhadap perintah-perintah Allah saja.  Kebahagiaan akan datang kepada mereka yang mau taat pada perintah-perintah Allah, walaupun dia tidak punya gelar dan penghasilan apapun. Dan ini dapat dimulai dari keyakinan di hati terhadap agama.
Copyright © 2011, Allah Kuasa Makhluk Tak Kuasa
Created with the Freeware Edition of HelpNDoc: Free Web Help generator

Bayan Prof. Muhsin


Hari ini banyak sekali Agama dari Hindu, Budha, kristen, katolik, protestan, kong hu chu, dan lain-lain. Tetapi agama-agama ini telah terbukti “Ineffective Completely”, Gagal Total, untuk membawa manusia ke jalan kebahagiaan. Lalu kini muncul agama baru yang menyebabkan orang-orang meninggalkan agama-agama tersebut, yaitu Agama Materialis. Agama Materialis ini dibuat oleh kaum materialis dengan alatnya adalah Uang dan azas hidupnya adalah Nafsu.
“Untuk Hidup Bahagia di Dunia ini apa yang diperlukan ?” jawabannya, “Uang.”
Ini menurut Keyakinan mereka yang menganut Agama Meterialis ini. Semua Agama mandul menghadapi agama Materialis ini kecuali Islam. Islam mengandalkan Yakin pada kalimat “La Illah Ha Illallah” dalam mencapai kebahagiaan di dunia. Namun banyak muslim yang telah melupakan kalimat ini bahkan tanpa kita sadari ataupun kita sadari kita mengucapkan kalimat ini tetapi pola kehidupan kita sama dengan mereka penganut Agama Materialis. Akibatnya kehidupan di dunia ini sudah seperti Neraka. Kehidupan yang mengekang dan memaksa orang untuk berbuat diluar kapasitasnya sebagai manusia. Bekerja dengan nafsu demi yang namanya uang, tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga tidak ada lagi yang namanya ketulusan, “Purity of Intension”, Keikhlasan. Setiap orang menginginkan sesuatu dari orang lain. Rusaknya Ikhlas ini menyebabkan tidak ada lagi Moral atau Akhlaq yang baik. Jadi Akhlaq inilah yang menjadi korban pertama.
Semua sistem telah dibuat oleh manusia sebaik dan sesempurna mungkin untuk mengatur kehidupan mereka, tetapi masalahnya mereka tidak dapat mendeteksi moral seseorang. Seluruh sistem yang mereka buat menjadi rusak karena moral rusak. Sekarang Hukum banyak yang canggih-canggih, ganjaran bagi para pelanggar berat-berat, dan fasilitas hukum juga sangat maju, tetapi pejabat tetap korup di pemerintahan, polisi tetap korup, pedagang tetap korup, semuanya tetap melanggar karena Moralnya telah rusak. Perbaikan Akhlaq pada zaman Rasullullah SAW terlihat dari orang yang bejad moralnya menjadi orang yang paling mulia akhlaqnya karena Yakin mereka terhadap kalimat “La Illa Ha Illallah”
Tanda-tanda kerusakan umat muslim adalah ketika mereka tidak mempunyai “Objective of Life”,  Tujuan Hidup, sehingga mereka menggunakan dalam kehidupan mereka cara yang sama seperti penganut Materialis. Semua orang berkata yang Islam tawarkan saat ini sangatlah tidak mungkin atau dapat diikuti, itukan buat jaman Nabi. Padahal kalau kita ikuti apa yang Nabi SAW ajarkan dan contohkan maka hidup ini akan menjadi tidak sulit bahkan menjadi seperti Surga Dunia. Nabi tidak punya kebendaan yang indah-indah atau Uang yang banyak disimpan, tetapi setiap pulang ke rumah beliau SAW selalu berkata, “Bayyiti Jannati”, rumahku surgaku. Beda dengan orang-orang saat ini, yang kaya punya rumah besar, harta berlimpah tetapi merasa hidup susah seperti dalam neraka saja kehidupannya. Begitu pula yang miskin susah karena merasa tidak bisa menjadi orang kaya. Sehingga kini yang miskin susah dan yang kayapun susah. Kini asbab agama materialis semua orang tidak ada punya waktu lagi buat keluarga, tamu, kerabat, teman, dan agama. Semuanya hidup terkekang dan terikat. Setiap diajak untuk Islah diri, perbaikan Iman dan Amal, mereka selalu berkata kami tidak punya modal atau kami tidak punya waktu, inikan buat yang pengangguran.
Para Nabi dan Sahabat Nabi SAW berani meninggalkan segalanya karena keimanan mereka. Modalnya satu saja, “Allah bersama saya”, tidak perlu material dan asbab. Seorang yang penakut adalah seseorang yang terikat dengan pekerjaannya karena takut miskin, takut lapar, takut susah, dan lain-lain. Jadi orang-orang yang mau meninggalkan harta dan keluarga demi agama Allah inilah yang dinamakan orang-orang yang pemberani. Orang-orang yang tidak takut kepada Allah maka Allah akan buat hidupnya serba dalam ketakutan, takut miskin, takut mati, takut sakit, takut dimarahi isteri dan lain-lain. Tetapi jika orang itu takut pada Allah maka Allah akan buat orang itu berani menghadapi hidup dan tidak akan pernah merasa susah. Bagaimana bisa ? mudah saja karena “Allah bersama saya” tidak ada yang perlu ditakutin. Inilah yang namanya keberanian yaitu seseorang yang berani menjalani dan meyakini amal-amal Agama yang bertentangan dengan asbab-asbab kehidupan ahli materialis. Para Nabi dan Sahabat RA dihina, disiksa, di musuhin, karena apa yang mereka perjuangkan bertentangan dengan keyakinan kaum pada saat itu.
  1. Ketika mereka percaya pada banyak Tuhan, Nabi dan Sahabat mengajak mereka untuk percaya kepada satu Tuhan, yaitu Allah Taala.
  2. Seorang Yahudi bertanya kepada sahabat, “ Bagaimana kalian bisa hidup jika kalian meninggalkan Rezki kalian ?”. Tetapi sahabat membalas, “kami meninggalkan rezki menuju kepada yang memberi Rizki ”.
  3. Musa AS pergi ke Firaun hanya dengan modal tongkat, apa kata Allah, “Jangan takut wahai Musa, Aku bersamamu.” Ketika Musa AS terjebak di antara pasukan Firaun dan Laut, apa kata Musa As, “Jangan takut, Allah bersama saya.”
  4. Abu Bakar RA takut Nabi SAW dibunuh ketika dikejar para orang kafir quraish, tetapi apa kata Nabi SAW, “Jangan Takut Allah bersama Kita.”
Allah Taala adalah lebih kuat dari seluruh masyarakat materialis dan sistem yang mereka buat. Para Nabi dan Sahabat RA tidak punya materi, mereka hanya mempunyai Allah saja yang mereka imani sebagai sumber pertolongan. Tetapi seluruh kekuatan dan sistem yang mereka punya tidak ada yang mampu menahan Kehendak Allah. Semuanya yang menentang, Allah musnahkan. Sebagaimana sistem Namrud tumbang oleh ajaran Ibrahim AS, sistem Firaun tumbang oleh ajaran Musa AS, Sistem Quraish, Romawi dan Persia tumbang oleh ajaran Rasullullah SAW. Mereka yang tidak mengenal Allah maka mereka ini akan menjadi pengikut setia agama materialis. Untuk ini pentingnya Ilmu agar kita dapat mengenal Agama kita dan mengenal Allah.
Untuk dapat menyelamatkan umat ini perlu usaha, dan tidak ada cara lain selain menggunakan cara Nabi memperbaiki umat yaitu dengan Dakwah. Kita perlu mengembalikan kehidupan umat yang sudah sekarat ini. Imam malik berkata, “ Tidak ada cara yang terbaik memperbaiki Umat pada kurun sekarang selain menggunakan cara yang digunakan pada kurun awal.” Yaitu cara Rasullullah SAW memperbaiki kehidupan kaum Quraisy yang rusak, tidak punya adab, pada waktu itu menjadi kaum yang memiliki peradaban dan mulia.
Kini umat jauh dari jalur agama karena tidak adanya gerak. Orang yang tidak bergerak hanyalah orang mati. Maka jika umat ini tidak ada pergerakan, maka umat ini telah mati. Semua orang gerak saat ini tetapi demi kepentingan materi, bukan karena agama. Sehingga kini kebendaan didunia ini menumpuk tetapi moral umat makin rusak.
Jadi cara pertama memperbaiki umat ini adalah dengan jalan Hijrah, pergerakan karena Agama. Modalnya sederhana, apa saja yang kita punya dan bisa kita korbankan, kita korbankan untuk agama.
Seluruh Sistem Kebathilan mempunyai dasar 2 hal :
  1. Berlebih-lebihan ( Mubazhir )
  2. Kesombongan
Sedangkan yang Haq berdasarkan atas 2 hal :
  1. Kesederhanaan
  2. Rendah Hati
Ketika cahaya masuk, maka kegelapan akan hilang, ini sudah menjadi sunnattullah. Maulana Ilyas Rah.A dibilang orang gila oleh para Ulama karena menyuruh orang mewat yang bodoh, jahil, dan miskin untuk pergi dakwah. Tetapi Maulana Ilyas tegar dan terus membuat orang Mewat agar tetap bergerak. Dari berputar-putar sekitar tempat mereka lalu ke kampung mereka, lalu desa-desa, lalu ke kota-kota, akhirnya sampai orang mewat ini pergi keseluruh dunia. Sekarang seluruh orang di dunia datang ke India karena pengorbanan orang mewat.
Kebutuhan manusia itu hanya lima :
  1. Kebutuhan akan Pakaian
  2. Kebutuhan akan Makan dan Minum
  3. Kebutuhan akan Tempat Tinggal
  4. Kebutuhan akan Transportasi
  5. Kebutuhan akan Isteri
Ini adalah 5 kebutuhan yang dikenal agama. Kita harus mampu menekan kebutuhan kita  ke level kesederhanaan dan kerendah hatian hidup. Inilah kehidupan Nabi SAW.
Nabi SAW bersabda mahfumnya, “Setiap umat mempunyai fitnah, dan fitnah umatku adalah Harta.”
“Apa yang di inginkan Umat sekarang ini ?” jawabnya, “Harta”. Hari ini orang bilang “Tanpa uang bagaimana bisa hidup ?”
Jika punya uang baru Islam bisa maju. Dengan Uang umat Islam bisa bangun ini dan itu. Bagaimana sedekah kalau tidak ada uang. Bagaimana bangun mesjid kalau tidak ada uang. Bagaimana mau bayar guru untuk ngajar agama kalau tidak ada uang. Bagaimana mau pergi haji atau keluar di jalan Allah kalau tidak ada uang. Inilah kesalah fahaman terhadap agama. Sekarang yang bisa menyebabkan orang bisa memberi atau bersedekah bukan hartanya tapi Imannya. Yang menyebabkan orang mau berkorban bukan karena dia punya harta tetapi karena imannya. Kini orang punya banyak harta tetapi tidak punya Iman maka tangannya akan tetap menjadi tangan yang dibawah. Orang yang tidak punya harta tetapi ia punya Iman maka ia akan selalu menjadi tangan diatas. Sedekahnya seseorang yang punya banyak harta dan sedekahnya seorang yang miskin harta mempunya perbedaan nilai yang sangat besar disisi Allah. Ini tergantung dari keimanan dan pengorbanan mereka.
Agama tidak akan bisa berjalan dengan harta tetapi dengan kesederhanaan dan ketawadhuan. Suatu ketika Nabi SAW dihina oleh orang kafir karena kemiskinannya. Allah mendengar ini lalu melalui Jibril AS, Allah berfirman kepada Nabi SAW bahwa Allah Taala dapat mengubah gunung Uhud menjadi emas dan ikut kemana saja Nabi SAW pergi kalau Nabi SAW mau. Tetapi Nabi SAW menolak karena ia lebih suka sehari lapar dan sehari kenyang. Ketika lapar ia bisa bersabar, dan ketika kenyan ia bisa memuji Allah. Jadi Nabi SAW lebih memilih amal dibanding harta benda. Kini apa yang nabi SAW tolak, itu yang kita minta dan kita uber-uber.
Allah tidak perlu uang dalam menyelesaikan masalah manusia, Allah dapat melakukan apa saja tanpa pertolongan mahluk. Sahabat hanya dengan sholat 2 rakaat seluruh masalah dapat diselesaikan dengan bantuan Allah. Ini karena Yakin mereka sudah benar. Mereka tidak bergantung kepada selain Allah. Untuk perkara ini penting kita pergi dari rumah ke rumah, desa ke desa, kota ke kota, dari negara ke negara untuk menyampaikan kalimat La Illaha Illallah.

Bayan Prof. Muhammad Khan


Allah Taala Maha Kuasa dan Kuasa Allah tanpa batas. Allah yang menjalankan segala sesuatu dengan QudratNya. Allah jalankan Qudratnya dengan 3 cara :
1. Tanpa Asbab :
Penciptaan langit, bumi, bintang-bintang, dan manusia tidak ada contohnya, tidak perlu pakai percobaan-percobaan. Cukup dengan kata : “Kun Faya Kun”, “Terjadilah”. Tidak perlu simulasi atau contoh pembuatan terlebih dahulu, hanya dengan KehendakNya saja, maka terjadilah apa yang di KehendakiNya.
Allah jadikan langit tanpa tiang, sejauh mata memandang. Di langit ini terdapat begitu banyak benda-benda yang namanya planet tetapi tidak ada satupun yang bertabrakan atau keluar dari orbitnya. Ini semua Allah yang pelihara dan Allah yang memberikan komando. Semuanya dibawah aturan Allah dan berjalan sesuai dengan perintah Allah.
Kapan Allah hancurkan dan sampai kapan akan tetap terpelihara, ini semuanya tergantung pada keputusan Allah. Allah tidak berhajat pada mahluk dalam memelihara dan menjaga Alam ini. Allah tidak pernah tertidur dan tidak pernah letih dalam memelihara dan menjaga alam ini. Semua ini hasil karya Allah dan Allahlah yang paling tau kapan harus dihancurkan.
2. Dengan Asbab :
Dari benda, Allah mampu munculkan benda lain. Dari Mahluk muncul mahluk lain. Dari pohon-pohonan muncul buah-buahan. Dunia ini adalah Darrul Asbab. Orang yang tertipu adalah orang yang menyangka asbab dapat memberikan manfaat. Seperti pohon berbuah, bukan pohonnya yang hebat bisa mengeluarkan buah. Tetapi Allah telah memilih pohon itu sebagai asbab keluarnya buah. Begitu juga perkara Rizki, bukannya kantor yang memberikan rizki, tetapi kantor ini hanya asbab Allah salurkan rizki kita.
Jadi asbab ini bukan sebagai tujuan karena dapat memberikan manfaat tetapi hanya ujian atas keyakinan kita. Harta ini adalah asbab, tetapi bukan sebagai tujuan kebahagiaan, hanya merupakan ujian buat kita. Apakah kita bisa mendistribusikan harta ini sesuai dengan yang Allah mau. Asbab-asbab ini semuanya Allah atur untuk menguji keyakinan manusia, kepada siapa mereka bergantung.
3. Berlawanan dengan Asbab :
  • Allah mampu menciptakan manusia tanpa ibu dan bapak seperti Adam AS.
  • Allah mampu melahirkan manusia dari laki-laki seperti lahirnya Hawa A.S dari Adam AS.
  • Allah mampu melahirkan manusia dari ibu yang suci tanpa bantuan suami atau laki-laki seperti Isa AS
  • Allah mampu menghidupkan manusia di ruang hampa udara seperti Yunus AS dalam perut ikan di kedalaman laut selama 40 hari.
  • Allah mampu membuat manusia hidup tanpa makan dan minum seperti 7 pemuda Ashabul Kahfi yang tertidur tanpa makan dan minum selama 309 tahun.
  • Allah mampu merubah api yang panas menjadi sejuk buat Ibrahim AS.
  • Allah mampu membuat air yang menenggelamkan menjadi jembatan buat para Sahabat dibawah komando Saad bin Abi Waqqash RA ketika hendak menyerang Persia.
Ini semua adalah Kekuasaan Allah yang tanpa batas dan berlaku sesukaNya dan sekehendakNya. Tidak ada yang bisa menghalangi Kehendak Allah dan tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semuanya mungkin-mungkin saja. Hari ini banyak orang yang tertipu, mereka kira mahluk atau asbab dapat memberikan manfaat. Seperti melihat pantulan matahari yang ada di air, seakan-akan matahari itu ada pada air, padahal matahari itu adanya di langit. Kita tertipu mengira asbab itu dapat memberikan manfaat seperti tertipunya kita ketika mengira matahari ada pada air. Asbab-asbab yang kita lihat ini hanya pantulannya saja, bukan yang sebenarnya. Yang sebenarnya adalah perbuatan dan kekuasaan Allah.
Allah gunakan Asbab untuk menguji keyakinan kita. Seorang bayi lahir dari wanita, seakan-akan bayi ini tercipta dari wanita. Walaupun wanita ini Allah gunakan beberapa saat sebagai asbab terciptanya bayi, namun kita tidak bisa katakan bahwa wanita ini adalah Kholik dan Bayi ini adalah hamba. Mahluk tetap mahluk, selamanya tidak akan pernah jadi Kholik. Dunia ini adalah Darrul Asbab, dan Asbabnya orang beriman ini adalah Amal Agama atau perintah-perintah Allah. Sedangkan musuh-musuh Allah ini asbab kebahagiaannya adalah mahluk atau kebendaan. Kaum-kaum terdahulu yang merasa kebahagiaan ada pada asbab-asbab kebendaan, Allah telah hancurkan bersama dengan asbab-asbabnya.
Maulana Yusuf Rah.A berkata, “Mukmin itu adalah orang-orang yang mempertahankan perintah Allah dimanapun dan dalam keadaan apapun. Bukan orang-orang yang meninggalkan perintah Allah demi mempertahankan kebendaan dan keduniaan. Mukmin itu adalah orang yang mengejar-ngejar perintah Allah bukannya orang yang mengejar-ngejar dunia. Mereka yang meyakini bahwa kebahagiaan ada dalam perintah Allah bukan dalam asbab-asbab dunia, inilah yang namanya mukmin.”
Kita ini adalah orang-orang yang suka meyakini apa yang kita lihat oleh mata. Orang yang beriman adalah orang yang mampu meniadakan apa yang dilihat oleh mata dan hanya membenarkan apa yang dibilang oleh Allah. Seperti kisah ada seorang tua yang sudah udzur masuk ke mesjid melihat tiang mesjid ada 2 padahal cuman 1 tiang. Lalu orang yang sehat matanya bilang tiangnya cuman 1. Orang yang lemah iman ini seperti orang tua yang rabun matanya, mengira kebahagiaan ada pada asbab-asbab / benda-benda. Padahal yang namanya kebahagiaan itu hanya ada pada perintah Allah. Iman lemah maka pandangan Imanpun terhadap dunia akan menjadi rabun.
Seluruh Nabi AS telah Allah kirim untuk membuat usaha yang sama :
1. Merubah keyakinan manusia dari yakin pada asbab menjadi yakin pada amal.
2. Merubah Keyakinan manusia dari yakin pada mahluk menjadi yakin pada Allah.
3. Merubah keyakinan manusia dari yakin pada Dunia menjadi yakin pada akherat.
Yang kita punya kini hanya ujian dari Allah, untuk mengukur keyakinan kita kepada Allah. Dunia ini tempat ujian bagi orang beriman. Ujian ini adalah untuk menaikkan derajat kita. Kita harus yakini bahwa manfaat dan mudharat ini datang dari Allah. Kita harus mampu meniadakan atau mengingkari manfaat yang datang dari Mahluk dan hanya membenarkan janji Allah saja. Mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat, semuanya datang dari Allah. Selama dalam hati kita belum bisa menafikan atau mengingkari manfaat dari benda-benda atau asbab maka Iman kita tidak akan pernah sempurna. La Illaha Illallah.
Firaun dengan seluruh kekuatan dan kekuasaannya berusaha menghalangi Musa AS dari kelahirannya. Tetapi Allah tunjukkan kekuasaannya, Musa AS besar ditangan Firaun sendiri. Melalui istrinya Firaun, Allah telah buat Firaun tidak berkutik untuk membunuh bayi yang ada di depan matanya yang kelak akan menjatuhkannya. Bahkan Allah buat Firaun panik melihat bayi musa yang menangis karena tidak mau minum susu selain dari wanita lain, sehingga Allah hantar ibu Musa AS menyusui anaknya sendiri. Manusia punya makar terhadap Allah, tetapi Allahpun juga punya makar, dan hanya makar Allah yang akan terjadi. Disini Allah telah buat Firaun memelihara musuhnya sendiri. Firaun demi melenyapkan Musa AS, dia telah membunuh 70.000 bayi tiap tahunnya. Firaun berusaha menyelesaikan masalah dengan masalah. Sama seperti manusia saat ini ketika menghadapi masalah malah menyelesaikannya dengan masalah. Tidak ada uang, penyelesaiannya dengan korupsi, menipu, dan mencuri.
Dakwah ini adalah ini untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Seperti orang yang buka toko yang kelihatan toko ini dibuka demi kebaikan orang lain. Padahal toko ini demi kebaikan dia sendiri, demi keuntungan dia sendiri. Begitu juga dengan bisnis-bisnis lainnya seperti pertanian, perdagangan, kedokteran, dan lain-lain. Jadi seperti itulah kerja dakwah yang dilakukan seakan-akan demi kebaikan orang lain, padahal itu demi kebaikan dirinya sendiri. Dia sendiri yang akan mendapatkan maanfaat dari dakwah. Di dunia imannya akan terjaga dan di akherat dia akan menuai hasil dari kerja dakwahnya.
Kita manusia apabila tinggal dalam suatu keadaan, bila dakwah tidak ditegakkan, maka suatu saat kita akan terpengaruh dalam keadaan tersebut. Seperti ketika kita berbicara kebesaran mahluk dan memikirkan kebesaran mahluk secara terus menerus. Tanpa disadari karena sering diulang-ulang dan difikirkan, sehingga kebesaran mahluk akan wujud dalam hati. Ketika kebesaran mahluk wujud dalam hati, kebesaran Allah akan keluar dari hati. Maksud dan Tujuan dakwah ini adalah untuk mewujudkan kebesaran Allah dalam hati, sehingga kita tidak terpengaruh oleh mahluk dan keadaan.
Seperti kisah anak harimau yang hidup semenjak kecil dengan domba. Semenjak kecil anak harimau ini hidup di lingkungan domba, sehingga ketika besar kehidupan domba wujud dalam diri harimau ini. Si Harimau merasa dirinya seekor domba karena dia telah biasa hidup dengan domba. Harimau ini makan seperti domba, tidur seperti domba, duduk seperti domba, bahkan takut dan senangpun seperti domba. Inilah kesalah fahaman yang terjadi pada diri si harimau. Lalu suatu ketika si anak harimau ini bertemu dengan seekor harimau dewasa. Ketika kalangan domba melihat harimau dewasa tersebut, domba-domba itu berlarian kabur ketakutan. Si anak harimau yang sudah besar tadi melihat domba-domba lari maka si anak harimaupun juga lari bersama-sama domba yang lainnya. Lalu setelah ditangkap oleh harimau besar, maka si harimau kecil ini di bawa ke danau. Setelah melihat kemiripan dirinya dan si harimau besar dari pantulan di air, dan setelah di beri daging domba, dan diberi penjelasan tentang apa itu harimau baru si harimau kecil tadi mendapatkan kefahaman. Jadi Harimau kecil ini baru faham bahwa dirinya ini adalah harimau. Kefahaman ini datang setelah di anak harimau ini di taskil menjadi harimau, di ajak gerak ke danau, dan di beri penjelasan (bayan) oleh si harimau besar. Hari ini kehidupan musuh-musuh Allah telah wujud dalam kehidupan orang Islam, tanpa kita sadari kita sudah menjadi seperti mereka.
Sistem pendidikan, ekonomi, cara kerja, cara berpakaian, model pernikahan, dunia entertainment yang dirancang oleh orang kafir ini pada akhirnya hanya akan membuat orang islam yang berfikir dan hidup seperti orang kafir. Inilah yang terjadi pada orang islam hari ini seperti anak harimau yang telah hidup dikalangan domba-domba sehingga kehidupan domba masuk pada anak harimau tadi. Semua kebesaran harimau tadi hilang dikarenakan kehidupan domba yang masuk dalam dirinya. Ummat islam saat ini seperti harimau yang telah kemasukan kehidupan domba yang rendah, yaitu kehidupan yahudi dan nasrani, sehingga kebesarannya ummat ini hilang dengan kehidupan yahudi dan nasrani tersebut. Ini karena kita hidup ditengah-tengah kehidupan mereka, tanpa ada kerja dakwah. Sehingga kita makan, tidur, berpakaian seperti mereka, bahkan kesenangan kita sama seperti yang mereka senangi dan rasa takut kita sama dengan yang mereka takuti. Asbab ini, kini sulit dibedakan mana orang yang beriman dan mana yang bukan.
Musuh-musuh Allah ini juga melakukan dakwah agar kehidupan mereka wujud dalam kehidupan kita. Kini jika dakwah yang Haq tidak ditegakkan, maka dakwah yang bathil akan masuk. Hari ini karena kita telah hanyut dalam kehidupan orang-orang yang tidak beriman sehingga kita tidak kenal siapa diri kita lagi, seperti anak harimau tadi. Dari kehidupan dan pola fikir kita telah berubah, tidak ada bedanya dengan yang tidak punya Iman. Hari ini di pasar ketika adzan dikumandangkan yang tidak kenal Allah tetap sibuk dipasar dan yang kenal Allah juga tetap sibuk dipasar, tidak ada bedanya. Inilah pentingnya kerja Dakwah dilakukan.
Ilmu ini bukanlah pengetahuan saja tetapi juga sebagai pengenal. Beda antara mengetahui dan Mengenal. Orang bisa tau siapa itu presiden Indonesia, tetapi tidak semuanya kenal pada presiden itu. Ilmu itu adalah mengenal siapa Rabb kita, bukan hanya sekedar tahu. Ada mentri lewat kita tidak tahu, ini baru namanya kebodohan. Kebodohan terbesar adalah ketika kita tidak mengenal Rabb kita, tidak kenal siapa itu Allah. Dakwah itu adalah untuk mengenal Allah. Sedangkan seluruh yang Allah mau dan Allah sukai ada pada diri Nabi SAW. Penting kita kenalkan hidup kita dan kita kesankan hidup kita terhadap kehidupan Nabi Muhammad SAW. Wujudkan dan kesankan sunnah dalam kehidupan kita baru agama akan wujud. Dengan dakwah, keyakinan akan terbentuk. Jika kita bicara kebendaan dan mahluk terus menerus, maka kehidupan kita akan bergantung kepada mahluk dan kebendaan. Benda A hasilkan benda B. Benda B lahirkan benda C. Benda C dapat membeli benda D, dan seterusnya. Sehingga makhluk wujud dalam hati. Pembicaraan yang kita lakukan dapat mengubah dan membentuk keyakinan di dalam hati. Kesan yang kita dapat dari pembicaraan kita akan membentuk Iman. Jika kita selalu membicarakan mahluk dan kebendaan, maka hati ini akan condong dan bergantung kepada kebendaan yang kita bicarakan. Jika kita bicarakan dan dakwahkan kebesaran Allah, maka yakin kepada Allah akan terbentuk. Sebagaimana kita dakwahkan benda, maka yakin terhadap benda akan terbentuk.
Nabi Musa AS ketika ke bukit Thur untuk menerima wahyu dari Allah, murid-murid Musa AS tidak buat Dakwah. Sehingga dengan sedikit Dakwah Samiri Laknatullah Alaih, keyakinan umat langsung berubah menjadi penyembah sapi. Padahal ketika itu mereka baru melihat kebesaran Allah. Jika dakwah kepada Allah tidak ada maka dakwah kepada selain Allah akan masuk. Sibukkan diri kita dalam amal, jangan biarkan diri kita menganggur dari amal. Maulana Yusuf Rah.A berkata, “Jika kita lalai dari amal atau ingat kepada Allah, maka pintu-pintu maksiat akan terbuka untuk kita.” Setan selalu menunggu waktu yang kosong dari amal untuk menyerang. Waktu yang kosong dengan amal merupakan peluang buat syetan. Jangan sampai lalai dan lengah dari amal dan mengingat Allah, sibukkan diri kita dalam amal-amal agama. Iman dan Amal ini adalah benteng kita dari serangan setan, sedangkan Dakwah dan Doa adalah senjata kita melawan setan. Jika Dakwah berhenti maka masalah-masalah akan datang, dan Adzab akan turun menimpa bukan hanya menimpa orang jahat tetapi seluruh manusia baik yang sholeh maupun yang salah. Jika Dakwah tegak maka tombak-tombak kebathilan akan hancur, dan kebaikan akan tersebar. Ketika Nabi SAW meninggal, pengiriman rombongan Khuruj Fissabillillah terhenti, dan Dakwah juga sempat terhenti, maka masalah langsung berdatangan :
1. Nabi-nabi palsu bermunculan
2. Orang-orang banyak yang Murtad
3. Orang-orang mulai tidak mau membayar zakat.
4. Musuh-musuh Islam dalam keadaan siap menyerang.
Ketika itu Khalifah terpilih, Abu Bakar RA, langsung mengambil langkah-langkah cepat :
1. Segera mengirim rombongan khuruj fissabillillah yang tertunda.
2. Berantas nabi-nabi palsu dan orang-orang yang tidak mau bayar zakat
3. Hidupkan Dakwah kembali
Setelah langkah-langkah ini di antisipasi baru masalah selesai. Abu Bakar RA menyelesaikan masalah dengan 2 Prinsip :
1. Prinsip Takwa Saya tidak rela agama / amal berkurang walaupun itu hanya seutas tali yang mengikat leher domba hewan korban.
2. Prinsip Tawakkul Mengeluarkan seluruh laki-laki untuk keluar di jalan Allah, padahal para istri nabi tidak ada yang menjaga dari binatang buas dan musuh yang akan menyerang ke Mekkah. Disini Abu Bakar ditempatkan pada dua pilihan antara istri nabi dan perintah Allah. Abu Bakar lebih memilih menjaga perintah Allah. Tawakkal dengan mendahulukan perintah Allah di atas segala-galanya.
Natijah atau hasil dari kebijakan Abu Bakar ini adalah terselesaikannya segala masalah. Nabi Palsu dapat ditumpas, Amal agama meningkat, orang mulai bayar zakat lagi, agama kembali tersebar, orang romawi yang mau menyerang membatalkan penyerangannya karena takut. Hidupkan Dakwah lagi dan keluarkan rombongan di jalan Allah baru masalah akan selesai.
Hari ini orang beriman selalu berkelahi dengan keadaan dan suasana yang bertentangan dengan hati. Tanpa dakwah maka tidak ada pembinaan Iman. Jika tidak ada pembinaan Iman maka suatu saat Iman kita akan rusak dan hancur. Dakwah ini adalah alat untuk bertarung dengan suasana dan keadaan. Bila Dakwah dikerjakan, maka ketika kita dihadapkan pada keadaan dan suasana yang akan kita ingat adalah Allah. Jika dakwah tidak di hidupkan maka ketika keadaan dan suasana datang maka kita akan lalai dari Allah, terkesan pada keadaan, lalu lari kepada mahluk.
Perbanyak dakwah yakin kepada Allah. Maka jika yakin terbentuk setiap ada masalah akan lari kepada Allah. Kini manusia karena yakin belum terbentuk maka jika ada masalah larinya kepada siapa? Jawabnya lari kepada mahluk atau selain Allah. Jika kita tidak bicara tentang Allah , maka kita akan bicara tentang selain Allah, tentang kebathilan, tentang benda dunia, makhluk. Sehingga ini semua wujud dalam diri kita. Manusia selalu meyakini jaminan-jaminan dari benda-benda karena kenal terhadap benda-benda itu. Tetapi kita tidak yakin terhadap jaminan Allah. Mau yakin dan kenal Dakwah. Dakwah benda maka yakin dan kenal alan benda. Dakwah Allah yakin dan kenal Allah. Hanya dengan keyakinan yang benar. Hanya dengan keyakinan ayng benar kita bisa hadapi keadaan dan suasana sahabat bicara tentang yakin kepada Allah sehingga sahabat baru masuk Islam dapat menghalau api / lava balik ke gunung.
Sahabat yakinnya sudah benar, maka ketika ia datang bertemu Raja Persia tidak ada rasa takut dan tidak kesan dengan keadaan. Sahabat tidak menginginkan benda apapun ketika datang menhadap Raja Persia hanya ingin meyampaikan, “ Saya diutus Allah dan NabiNya untuk mengajak kamu kepada Islam”. Inilah keyakinan para sahabat. Penting kita ikuti jejak mereka, dan melatih diri kita untuk dapat menjadi seperti mereka.

Bayan Prof. Farahim


Hari ini Umat Sholat, tetapi ketidak patuhan dan kemaksiatan berjalan juga bersamaan. Parahnya adanya rasa puas terhadap Ibadah dan amal-amal yang mereka lakukan. Mereka merasa aman dengan amal-amal yang mereka perbuat sehingga menimbulkan rasa cukup dalam ibadah mereka. Ini terjadi karena kelemahan Iman, dan inilah kondisi umat saat ini.
Yang terpenting di akhir hidup ini adalah bagaimana kita dapat mati dalam keadaan takut kepada Allah bukannya takut kepada mahluk. Seorang pemuda di India rela mati dibunuh oleh orang-orang hindu karena berani pergi ke mesjid setelah dilarang mereka. Sementara orang Islam yang lain tidak ada yang berani ke mesjid karena takut kepada orang hindu. Si pemuda ini lebih memilih mati dengan membawa rasa takut kepada Allah dibanding hidup tapi takut kepada mahluk dan mati dengan membawa rasa takut kepada selain Allah.
Iman akan datang melalui pengorbanan, dan Iman akan terbentuk melalui usaha atas Iman, seperti dengan berbicara kebesaran Allah, jaulah, taklim, dan sillaturrahmi. Apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diucapkan oleh mulut, dan difikir dengan akal, ini dapat membentuk atau merubah kondisi Iman kita dalam hati. Jika fungsi ini digunakan untuk meningkatkan, memelihara, dan membentuk Iman dalam hati selama 24 jam, maka Iman ini akan terjaga dan terawat. Tanda-tanda orang yang merawat Imannya adalah dia akan memaksimalkan fasilitas yang Allah beri kepadanya hanya untuk menyenangkan Allah.
Dunia ini dan segala kepastian hukum alamnya dapat berubah-ubah, semata-mata dengan keyakinan yang benar dan keyakinan yang kuat kepada Allah Taala. Jika kita mempunyai keyakinan ini seluruh hukum alam yang pasti ini dapat berubah-ubah tergantung kehendak kita. Hukum Alam dapat berubah dengan Qudratullah, sedangkan Qudratullah ini akan datang hanya dengan keyakinan yang kuat kepada Allah Taala. Seperti hukum air yang menenggelamkan malah bisa dipakai buat berjalan oleh Sahabat RA. Fungsi api yang membakar malah menyejukkan buat Ibrahim AS. Ini semua dapat terjadi hanya dengan keyakinan yang benar dan keyakinan yang kuat terhadap Allah Taala.
Dengan keyakinan yang benar, maka doa ini dapat mendatangkan Qudratullah. Orang Islam akan kembali jaya bukan dengan teknologi, ekonomi, politik, kekuasaan, harta benda, atau status sosial, tetapi dengan Keimanan yang dapat mendatangkan Qudratullah. Jika Iman ini sudah sampai ke taraf keimanan para sahabat, nanti Allah yang akan hancurkan musuh-musuh Islam seperti Allah telah hancurkan Firaun dan Namrud. Dan Allah pulalah yang akan beri kejayaan dan kesuksesan seperti Sahabat ketika menguasai 2/3 dunia dengan kekuatan Iman dan Amal mereka.
Islam dakwah bukan dengan pedang, tetapi dengan Akhlaq. Nabi SAW dibenci bukan karena Akhlaqnya tetapi apa yang Nabi SAW dakwahkan. Bahkan karena Akhlaq Nabi SAW, musuhpun menghormati Nabi SAW. Namun jika ada kepentingan Agama menggunakan pedang untuk berdakwah ini karena kondisi yang mengharuskan Islam untuk berperang. Sudah tidak ada jalan lain selain angkat pedang penyelesaiannya.
Dunia ini berubah karena ada orang-orang yang berkorban dengan jiwa dan harta mereka. Seperti seseorang yang hanya berjualan susu secara lokal tetapi karena ada korban untuk cari hubungan keluar negeri, maka bisnis susunya menjadi perdagangan Internasional. Asbab adanya perdagangan Internasional, bahasa lokal menjadi bahasa Internasional, seperti bahasa Inggris. Begitu juga agama jika ada pengorbanan dan usaha untuk agama, maka ini dapat merubah keadaan dunia.
Dakwah itu seperti tanah, Iman itu seperti benih dalam tanah, Taklim itu airnya, Quran dan dzikir adalah lingkungan suasananya, Rukun Islam adalah akar pohon, Ilmu itu adalah batang pohon, amal-amal agama adalah ranting-ranting pohon, Akhlaq adalah buahnya, sedangkan rasa manis dari buah adalah keikhlasannya. Amalan Maqomi dan intiqoli (Khuruj Fissabillillah) ini gunanya adalah untuk meningkatkan dan memelihara Iman. Sebagaimana petani memelihara pohon buah dengan datang ke kebunnya. Pulang pergi  dari rumah ke kebun hanya untuk kerja atas kebun, baru kebun akan berkembang. Iman kita akan berkembang jika kita keluar di jalan Allah dan balik buat amal maqomi.
Perbedaan antara mainan dan perkara yang sebenarnya terletak pada takazanya atau kepentingannya. Seperti antara kapal mainan dan kapal yang sebenarnya. Kapal yang sebenarnya itu harus dipenuhi dulu takazanya. Apa takazanya: kapal yang sebenarnya itu memerlukan bensin, landasan udara, tower kontrol, pilot, mekanik pesawat dan karyawan pesawat. Tanpa ini semua, maka akan terjadi masalah atau kapal tidak akan bisa terbang. Kalau kapal mainan itu tidak perlu ada takaza seperti itu. Jadi agar kapal bisa terbang harus dipenuhi dulu takazanya.
Iman seperti itu juga, ada bedanya antara Iman yang sebenarnya dan Iman mainan. Kalau Iman yang sebenarnya, agar bisa digunakan dan dapat diambil manfaatnya, maka harus dipenuhi dulu takazanya. Apa takaza Iman itu :
  1. Keluar di Jalan Allah                      : Menaikkan Iman
  2. Maqomi                                            : Memelihara Iman
  3. Dakwah                                            : Membentuk Iman
Inilah perbedaan antara yang sebenarnya (Realitas/Kenyataan) dengan yang mainan (Hanya Khayalan/Tidak Real). Agama ini adalah yang sebenarnya, nyata, maka mempunyai takaza yang harus dipenuhi agar kita dapat menggunakannya dan mengambil manfaatnya. Sedangkan takaza agama ini adalah Ilmu dan Amal. Kita tau ilmunya lalu langsung kita amalkan, baru kita bisa faham manfaatnya.
Hari ini banyak orang ke mesjid untuk minta hidayah setiap habis sholat, namun setelah pulang tidur, takazanya tidak dipenuhi. Agar doa kita mempunyai kekuatan maka setelah doa, takazanya harus dipenuhi yaitu usaha atas hidayah. Orang berdoa agar musuh Islam dihancurkan, tetapi setelah doa, takaza jihad tidak dipenuhi, dia hanya uring-uringan saja. Apakah dengan ini musuh Islam akan hancur. Cara seperti ini tidak akan merubah keadaan.
Agar kita bisa merasakan kenikmatan dari doa kita maka asbab-asbabnya juga harus dipenuhi terlebih dahulu dengan keyakinan bahwa Allah tanpa asbab dapat memenuhi hajat kita dengan QudratNya. Penting kita sadari bahwa Allah membuat dunia ini dengan tertib dan ada sunnatullahnya. Tujuannya agar manusia mau berkorban, tidak hanya dengan duduk-duduk saja. Dunia ini membawa ketetapan Allah, hukum-hukum alam yang telah ditentukan Allah, sunnatullah. Namun orang beriman menjalankan hidup ini harus dengan keyakinan bahwa Allah tidak bergantung pada apapun dan tidak terikat pada apapun. Allah dapat melakukan segala sesuatu diluar aturan-aturan yang ada. Allah Mah Kuasa dan kekuasaan Allan tanpa batas. Seperti makan, Allah mamp[u memberi manusia makan tanpa kerja. Tetapi mencari Nafkah atau kerja ini adalah perintah Allah. Kita mencari nafkah ini harus dengan keyakinan bahwa Allah mampu memberi kita nafkah tanpa kerja, hanya saja ini perintah dan ketetapan Allah. Jika dilanggar ketetapan Allah ini akan ada konsekwensi atau akibat. Sebagaimana orang yang jatuh lalu berdarah, ini adalah akibat nya bila terjatuh. Jika orang terjatuh maka akan berdarah dan akan keluar rasa sakit. Jika kita hanya bermodalkan keyakinan tanpa buat usaha untuk memenuhi asbabnya terlebih dahulu, ini seperti seseorang yang doa meminta anak tetapi tidak mau kawin.
Anbiya AS mereka kekuatannya terletak pada doa dan usahanya. Apa yang di doakan oleh Anbiya AS dan lalu apa yang diusahakan mereka yaitu hidayah untuk hati-hati manusia. Ini ketetapan Allah, bahkan Anbiya AS yang doanya paling ijabah dibanding kita tetapi Allah perintahkan kepada mereka untuk buat usaha atas hidayah. Hidayah tidak akan turun hanya dengan sekedar duduk-duduk saja dengan berdoa. Penuhi asbab dan takaza dari doa itu, baru doa ini mempunyai kekuatan. Lakukan apa yang kita mampu lakukan nanti Allah akan mengerjakan apa yang kita tidak mampu kerjakan.
Untuk memenuhi takaza agama diperlukan asbab-asbab. Asbab inilah yang dijadikan pengorbanan untuk kepentingan Agama. Seorang petani dia akan menanam benih, lalu dia akan melakukan pengairan, pemupukan, tetapi masalah panen ini adalah urusan Allah. Inilah yang dilakukan petani sebelum panen yaitu dengan memenuhi asbab-asbab pertaniannya seperti benih, air, pupuk, dan lain-lain. Hasil dari panen inilah yang digunakan sebagai asbab untuk memenuhi takaza agama. Jerih payah dunia yang dihasilkan lalu digunakan untuk memenuhi takaza agama bukan untuk kepentingan nafsu inilah yang dinamakan pengorbanan.
Pada dasarnya setiap kita melakukan usaha atau kegiatan, maka kita akan mendapatkan 2 hasil :
  1. Benda yang diusahakan
  2. Keyakinan terhadap benda tersebut
Seperti tukang minyak yang diusahakannya adalah membeli minyak untuk di jual. Jadi minyak adalah benda yang diusahakan. Si tukang minyak yakin bahwa minyaknya dapat menyelesaikan masalahnya dan dapat mendatangkan kebahagiaan. Asbab keyakinannya terhadap minyak maka jualan minyak menjadi kerjaannya yang utama. Jika meninggal pekerjaanya akan dilanjutkan oleh keluarganya. Jika menghasilkan maka orang-orang akan mengikutinya. Begitu juga kerja agama ini, jika benar dikerjakan maka hasilnya adalah hidayah dan keyakinan menjadikan usaha ini sebagai maksud hidup. Sehingga ketika kita meninggal keluarga kita akan meneruskannya dan orang lain akan mengikuti kita.

Bayan Prof. Ahmad


Hubungan kita dengan Allah Taala hanya dapat dilakukan dalam Agama. Agama adalah hal-hal yang diinginkan Allah Taala pada diri manusia dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan. Sholat adalah fondasi Agama. Sholat adalah sarana latihan dari Allah Taala untuk kita agar dapat memenuhi keinginan Allah Taala terhadap diri kita pada saat tersebut.
Dengan Dakwah maka kita dapat mewujudkan Agama dalam diri kita. Target dari dakwah adalah membuat sifat dan membentuk Iman dalam diri kita. Sebagaimana sahabat mendapat sifat dan Iman melalui dakwah yang penuh pengorbanan, sehingga Iman dan sifat Mereka terbentuk sesuai dengan yang Allah Taala inginkan. 13 tahun sahabat berdakwah atas perkara Iman saja, sebelum syariat diturunkan. Pengorbanan yang mereka lakukan membuat Iman mereka kuat. Sehingga setiap perintah yang turun dapat dengan mudah dilaksanakan oleh sahabat.
Bagaimana seorang Dai harus mempunyai sifat sabar seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW dan sahabat. Para sahabat disiksa hanya untuk mempertahankan Iman. Bilal RA dipanggang dan ditiban batu yang melebihi bobot badannya ditengah terik panas matahari namun Imannya tidak goyang. Kabab RA dipanggang punggungnya di atas bara namun Imannya tidak goyah. Ammar RA disiksa dengan ayah ibunya dipasir yang panas sehingga orang tuanya Syahid. Namun demi yang namanya Iman mereka bersabar atas penderitaan. Inilah kesabaran Dai dalam memperjuangkan Agama.
Begitu pula penderitaan yang dialami Nabi SAW semenjak kecil. Ketika lahir ayahnya telah tiada. Rasulullah SAW hanya merasakan kasih sayang seorang ibu dalam 2 bulan saja. Ketika itu Nabi SAW harus sabar menyaksikan ibunya meninggal didepan mata beliau ketika beliau masih anak-anak. Baru merasakan sedikit kebahagiaan dengan kakeknya, Rasulullah SAW harus bersabar melihat kakeknya meninggal hanya dalam waktu kurang dari setahiun. Tarbiyah demi tarbiyah Allah berikan kepada Nabi SAW supaya siap menerima tanggung jawab kenabian. Tarbiyah yang Allah berikan kepada Nabi SAW ini telah membentuk sifat dalam diri Nabi SAW.
Ketika beliau berdakwah, orang-orang yang memberikan beliau gelar Al-Amin, orang yang sama berbalik menghina beliau dengan panggilan Al Majnun (orang gila). Kehidupan beliau diboikot sehingga beliau berhari-hari dengan istrinya tidak makan apapun selain biji korma dan air putih. Selama 3 bulan dapur nabi SAW tidak mengeluarkan asap. Di saat penting-pentingnya Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah berturut-turut Rasulullah SAW harus kehilangan 2 orang yang dicintai dan mendukungnya dalam Dakwah yaitu istrinya, Khadijah R.ha, yang selalu menghiburnya ketika sedih dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya dari siksaan orang quraisy. Setiap hari orang kafir Mekkah menghina beliau dan melempari beliau dengan kotoran binatang, sehingga anaknya Fatimah menangis melihat penderitaan Ayahnya.
Belum lagi ketika beliau ke Thaif dengan penuh harapan penduduk Thaif mau memeluk Islam, ternyata yang diterimanya adalah siksaan. Rasululllah SAW dihina dan dilemparkan batu, sampai keluar kotapun masih dihajar. Darah segar Rasullullah SAW berceceran banyak sekali. Disinilah Rasulullah SAW berdoa yang doanya menggetarkan hati seluruh penduduk langit. Ketika itu seluruh penduduk langit murka dan Allah Taala telah memerintahkan malaikat untuk siap menerima perintah apapun dari Nabi SAW untuk menghancurkan Thaif. Tetapi apa yang dikatakan Nabi SAW menjawab kesediaan para malaikat yaitu “Bukan ini yang aku mau, aku berdoa karena kelemahanku dalam berdakwah, karena ketidak mampuanku dalam menyampaikan “. Lalu Nabi SAW malah mendoakan kebaikan untuk para penduduk Thaif agar suatu saat nanti mereka mau memeluk Islam. Inilah kesabaran Rasullullah SAW dalam menghadapi cobaan. Ketika semua malaikat telah siap untuk menghancurkan Thaif yang telah menyiksa beliau, tetapi beliau malah mendoakan kebaikan buat mereka yang telah menyiksa beliau SAW.
Tidaklah mudah bagi sahabat menahan kesabaran mereka ketika melihat Rasulullah SAW dihina dan disiksa, mengingat sahabat dahulu adalah seorang yang pemberani dan pendekar-pendekar perang. Ketika Hamzah RA mendengar Rasulullah SAW ditimpuki kotoran oleh Abu Jahal, beliau RA langsung menyampiri Abu Jahal dan memukulnya hingga jatuh dan berdarah, didepan para petinggi quraisy pada waktu itu. Inilah keberanian sahabat. Namun Rasulullah SAW tidak pernah menyuruh mereka mambalas atau menyatakan perang tetapi beliau malah menyuruh mereka bersabar atas orang kafir quraisy. Para sahabat rela bersabar diatas segala penderitaan demi Agama Allah. Mereka disiksa, keluarga mereka dibunuh, dihina dan dicaci maki, tetapi apa yang nabi anjurkan kepada mereka, yaitu bersabar. Sabar ini adalah amalan yang dapat memancing rahmat dan kasih sayang Allah kepada mereka.
Allah Taala menguji kesabaran para sahabat ketika susah dan sempit yaitu ketika di Mekkah, dan Allah Taala menguji mereka ketika senang dan lapang ketika di Madinah. Ketika perjanjian Hudaiybiyah, para sahabat ditest kehormatannya oleh Allah Taala, sejauh mana mereka siap mengorbankan kehormatan mereka untuk Agama. Ketika perjanjian Hudaibiyah, saat itu para sahabat RA sudah dalam posisi siap tempur, tetapi ditolak oleh Rasulullah SAW. Bahkan Rasullullah SAW menerima tawaran kafir quraisy yang tidak seimbang dan merugikan posisi umat Islam pada waktu itu. Hal ni membuat harga diri para sahabat ketika itu tercabik-cabik. Namun karena ini sudah menjadi keputusan Rasulullah SAW, maka mereka harus taat. Inilah kesabaran sahabat ketika mereka telah telah diujung kesabaran mereka untuk menggempur kafir quraisy, mereka masih tetap taat kepada Nabi SAW. Tetapi kejadian ini diabadikan oleh Allah Taala dalam AL-Quran sebagai kemenangan umat Islam, walaupun para sahabat mengalami kekecewaan.
Bagaimana diceritakan ketika penaklukan kota Mekkah, orang kafir quraisy ketakutan melihat kekuatan umat Islam terutama Abu Sofyan, Jendral orang quraisy yang ikut diberbagai pertempuran melawan umat Islam, Hindun yang memakan hati paman Nabi, semua orang yang pernah menyiksa sahabat orang yang sama ketika itu sangat ketakutan. Namun apa yang terjadi, ketika Nabi berbicara di depan kabah, ”tahukah kalian apa yang akan aku lakukan kepada kalian?” mereka menjawab dengan ketakutan, “tidak ya Rasulullah” Rasulullah SAW bersabda, “Aku akan membebaskan kalian sebagaimana saudaraku Yusuf AS membebaskan saudara-saudaranya.” Inilah yang dlakukan Rasulullah SAW kepada orang yang sama yang telah menyiksa beliau SAW dan para sahabatnya.
Inilah kesabaran yang harus dipunyai seorang Dai, sedangkan hari ini kita sudah merasa kehilangan kesabaran terhadap jamaah, terhadap penduduk lokal. Bagaimana kita bisa menjadi Dai seperti mereka jika kita tidak mempunyai kesabaran seperti yang mereka miliki. Para sahabat juga dihina ketika sedang berdakwah, tetapi mereka bisa bersabar diri. Keadaan kita dibandingkan para sahabat sangatlah jauh berbeda. Karena pengorbanan yang mereka lakukan dalam berdakwah berbeda dengan kita, sehingga tingkat kesabaran yang kita punya juga berbeda dengan mereka. Asbab kesabaran dan pengorbanan mereka, hidayah tersebar. Masalah sahabat dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi sangatlah tidak sebanding, karena kita tidak melalui penyiksaan-penyiksaan, pembunuan terhadap orang yang kita cintai,ditimpuki, dll. Untuk itu penting kita keluar di jalan Allah untuk melatih diri kita dan mendapatkan sifat para sahabat. Dengan tarbiyat yang kita dapati ketika berdakwah, ini dapat membentuk sifat-sifat mulia dalam diri kita. Inilah yang dilakukan para Anbiya AS dan para sahabat dalam menjalankan usaha atas agama, “The Efforts of Deen”, atau Dakwah. Mereka harus melakukan total pengorbanan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah Taala.
Ibrahim AS baru bisa mempunyai anak ketika beliau berumur 98 tahun. Ketika itu beliau diuji 2 kali oleh Allah Taala. Pertama ketika beliau harus meninggalkan anak yang baru ia punya dan yang ia dambakan, dan istrinya dipadang pasir. Disini terlihat bahwa Allah hendak menguji Ibrahim AS dengan perintahNya, agar Ibrahim AS ini hatinya senantiasa terpaut pada Allah. Hari ini seseorang yang pulang kerja saja tidak sabar buru-buru pulang ingin bertemu dengan anak dan istrinya, tetapi lihat Ibrahim AS malah diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya. Dengan penuh kesedihan dan kesabaran dalam menjalankan perintahNya, Ibrahim AS tinggalkan anak dan istrinya di padang pasir. Demi menjalankan perintah Allah, keluargapun Ibrahim AS rela mengorbankannya. Ibrahim AS di test kesabaran dan keyakinannya oleh Allah untuk meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir.
Setelah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah maka dia pun Ridho di tinggal Ibrahim AS ditengah padang pasir. Inilah keyakinan siti hajar dan ketaatannya terhadap perintah Allah. Hari ini orang jika melihat suami meninggalkan anak dan istri untuk mendekatkan diri kepada Allah, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jika suami pergi untuk mencari keduniaan di anggap sebagai orang yang penuh tanggung jawab. Inilah kesalah fahaman kita hari ini, dikira kita yang menghidupkan keluarga kita. Orang yang mau berkorban untuk agama di jelekkan dan orang yang buat usaha atas dunia di muliakan.
Allah telah buktikan bahwa Allah tidak perlu Ibrahim AS, Uang, atau Mahluk apapun dalam memelihara Siti Hajar dan Ismail AS dipadang pasir yang tandus. Allahlah yang memelihara segala-galanya, mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Asbab keyakinan dan ketaatan Ibrahim AS dan keluarganya yaitu Siti Hajar dan Ismail AS, Allah telah buat Mekkah daerah yang tandus dan tidak ada manusia yang mau datang menjadi daerah yang berkah keluar air zam zam dan ramai pengunjung. Setelah beberapa lama tidak bertemu, Ibrahim AS Allah izinkan untuk bertemu dengan siti hajar dan Ismail AS, dengan syarat tidak boleh turun dari kudanya dan tidak boleh berbicara. Setelah itu Ibrahim AS harus balik lagi ke Palestina tempat dia harus berdakwah. Hari jika kita diposisi nabi Ibrahim AS, sudah lama di jalan Allah rindu pada keluarga, sekalinya bertemu tidak boleh turun dari kuda, tidak boleh memeluknya, dan tidak boleh berbicara. Inilah kesabaran seorang Nabi dan seorang Dainya Allah. Setelah lolos dari ujian ini baru Allah izinkan Ibrahim AS berkumpul dengan Siti Hajar dan Ismail AS.
Ujian kedua, ketika Ibrahim AS lagi senang-senangnya bermain bersama Ismail AS, turun perintah untuk menyembelih Ismail AS. Inilah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam membuktikan kecintaannya terhadap Allah Taala, bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah di hatinya. Ini adalah ujian dari Allah untuk membuktikan bahwa hati Ibrahim AS tidak mendua kepada Allah dan kepada selain Allah walaupun itu keluarga. Ketaatan kepada Allah Taala bagi Ibrahim AS lebih berharga dibanding keluarganya. Inilah kesiapan dan kesabaran seorang Nabi dan seorang dai dalam menjalankan perintah Allah.
Begitupula kepada siti hajar dan Ismail AS ketika mendapatkan perintah ini. Nabi Ibrahim dan Ismail AS digoda setan dengan perkataan, “Wahai Ibrahim ini adalah anakmu bagaimana kamu bisa membunuh darah dagingmu sendiri, apakah kamu tega.” Mendengar godaan dari setan ini maka Ismail AS mengusir setan itu dengan melemparkan batu. Lalu Ismail AS berkata kepada ayahnya, ”wahai ayah jika ini perintah Allah jalankanlah, saya ikhlas menerimanya.” Begitu juga Siti Hajar yang di goda oleh setan yang mengatakan bahwa saat ini Ibrahim AS akan membunuh anaknya. Siti Hajar terperanjat kaget saekan-akan tidak percaya. Lalu Siti Hajar bertanya, “Apakah ini adalah perintah dari Allah ?” si setan menjawab,”benar.” Mendengar ini siti hajar menimpuk setan itu dengan batu dan berkata, “Kalau begitu kamu ini setan, masa Ibrahim AS harus melanggar perintah tuhannya.” Inilah keyakinan dan kesabaran keluarganya seorang Nabi dan Dainya Allah dalam menjalankan perintah Allah. Ini berlaku bagi siapa saja yang siap berkorban di jalan Allah maka nanti Allah akan buat keluarganya mempunyai keyakinan dan ketaatan seperti keluarganya Ibrahim AS.
Keadaan ini tidak hanya Allah berikan kepada Nabi Ibrahim AS tetapi juga kepada para sahabat RA seperti Abu Bakar RA. Asbab pengorbanan Abu Bakar RA, anak-anaknyapun mempunyai keyakinan yang sama seperti ayahnya. Suatu ketika Abu Bakar hendak keluar di jalan Allah, ia telah korbankan seluruh hartanya untuk digunakan di jalan Allah. Lalu Nabi SAW bertanya apa yang telah kamu tinggalkan untuk rumahmu, dia menjawab, “Saya tinggalkan Allah dan RasulNya.” Ketika ayah Abu Bakar RA yang buta dan masih dalam keadaan Kafir berkunjung kerumahnya Abu Bakar, dia berkata dengan nada marah kepada cucunya, “Pasti Abu Bakar telah meninggalkan kalian pergi tanpa meninggalkan apapun.” Lalu Siti Aisyah R.ha beserta adiknya Asma R.ha membimbing kakeknya ke arah meja dan berkata, “Tidak kakek, ayah telah meninggalkan kita batu emas ini.” Seraya membimbing tangan kakeknya ke meja memegang batu yang dikira emas oleh kakekanya. Inilah keyakinan yang ditanamkan Allah kedalam anaknya Abu Bakar RA, sehingga mereka rela ditinggalkan oleh ayahnya tanpa ditinggali apapun.
Nusroh, pertolongan, Allah Taala akan datang kepda orang yang sudah melakukan pengorbanan seperti sahabat, yaitu total pengorbanan. Suatu ketika anak laki-laki Abu Bakar berkata kepada ayahnya, “wahai Ayah, ketika perang Badr, saya mempunyai kesempatan 3 kali untuk membunuhmu, tetapi setiap saya hendak melakukannya, rasa cintaku kepadamu menghalangiku untuk melakukannya “. Lalu Abu Bakar menjawab, ”wahai anakku, jika saat itu aku mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepalamu, pasti aku akan melakukannya tanpa ragu-ragu karena aku lebih mencintai Allah Taala dan RasulNya daripada kamu.”
Inilah cinta sahabat RA terhadap Allah Taala, dan inilah kecintaan yang Allah Taala mau, tidak mendua kepada yang lain. Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah.”Apakah yang akan engkau lakukan jika engkau malihat istri engkau berduaan dengan lelaki lain dalam kamarmu.” Sahabat menjawab, “Akan saya penggal leher lelaki itu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda mahfumnya, ”Saya lebih pencemburu dari kamu, dan Allah lebih pencemburu dari saya. Begitu pula cemburunya Allah Taala terhadap hambanya jika dapatiNya dalam hati hambanya kebesaran mahkluk selain kebesaran Allah Taala”
Ada seorang sahabat yang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah Nabi SAW karena sangking cintanya kepada Nabi SAW. Seorang sahabat berkata, “Sebelum aku memeluk Islam tidak ada seorangpun yang kubenci melebihi Muhammad SAW, tetapi setelah aku memeluk Islam tidak ada satu manusiapun yang lebih aku cintai daripada Nabi SAW. Sahabat sangking cintanya kepada nabi SAW rela mengorbankan anak, istri, pekerjaan, jabatan, harta, dan harga diri. Tetapi jika takaza agama dibentangkan maka mereka rela meninggalkan Nabi SAW demi agama. Sebagaimana perpisahan Nabi SAW dengan Muadz yang akan pergi berdakwah ke Yaman. Nabi SAW berkata kepadanya bahwa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, namun Muadz RA tetap melanjutkan perjalanan demi kepentingan agama.
Para sahabat ketika takaza jihad dibentangkan maka mereka langsung meninggalkan segala yang mereka cintai seperti istri yang baru dinikahi pada malam pertama,kebun korma yang siap dipanen, seluruh harta bendanya bahkan kelurganya juga dikirim untuk berjihad. Karena lemahnya iman kita maka kita belum mampu melakukan pengorbanan seperti mereka. Kesalah fahaman yang terjadi saat ini adalah kita menyangka bahwa diri dan harta kita milik kita, padahal semua yang kita miliki dan yang kita lihat adalah milik Allah Taala. Untuk membenarkan kesalah fahaman ini maka kita harus keluar dijalan Allah Taala belajar pengorbanan seperti para Nabi AS dan para sahabat RA.

Bayan Maulana Syamin


Amalan haji adalah ijtima umat islam terbesar dan kewajiban hanya sekali saja. Jika berhaji dengan betul, akan jadi wali Allah. Jika niat berhaji tak betul, haji tanpa kesan, akan dilempar balik seperti kain kotor yang dilemparkan. Begitupun ijtima, jika datang dengan niat baik, maka satu ijtima cukup membuat cinta kepada Allah SWT. Satu ijtima yang betul cukup bagi Allah SWT untuk membuat keputusan memberi hidayah untuk seluruh alam.
Ijitima bukan untuk menghimpun manusia sebanyak-banyaknya, tapi untuk mengumpulkan dua usaha, sebelum ijtima (ruh ijtima), setelah ijtima (perhiasan ijtima).
Usaha sebelum ijtima adalah menjumpai setiap orang islam agar hatinya berpaling dari selain Allah kepada Allah SWT sehingga ada kemanisan untuk taat. Dikarenakan adanya pengorbanan orang-orang sebelum ijtima, maka yang hadir di ijtima mendapat hidayah, dan hidayah juga akan tersebar ke seluruh alam. Usaha dalam ijtima adalah agar setiap orang terlibat dalam amal ijtimai dan infirodi. Semakin terjaga amalan, maka semakin cepat turunnya hidayah. Hidayah ada 2 tahap : untuk diri sendiri dan asbab hidayah untuk orang lain. Untuk menjadi asbab hidayah maka niatkan untuk bergaul dengan semua orang dari semua negara, kita merasa sebagai satu umat, hilangkan ashabiyah. Ashabiyah ini sangat dibenci Allah dan menyebabkan tertolaknya amal seseorang.
Untuk menghilangkan ashobiyah : Allah SWT perintahkan ibadah haji, shalat dan shaum. Dalam haji diperintahkan untuk menyebarkan salam (untuk menghilangkan sifat sombong, merasa sebagai penanggung jawab. Sehingga Nabi SAW selalu mendahului dalam memberi salam, tidak pernah didahului oleh sahabat), bersikap lemah lembut, dan suka memberi makanan (jangan menunggu untuk diikrom, tapi beri ikrom untuk satukan hati).
Di negara-negara anda akan diadakan ijtima dan jika anda bersungguh-sungguh usaha atas ijtima ini, maka ijtima anda akan menjadi asbab hidayah ke seluruh alam. Tanggal ijtima bukan awal ijtima, tapi itu tanggal berakhirnya ijtima. Ijtima bermula sejak tanggal ijtima ditetapkan.
Copyright © 2011, Allah Kuasa Makhluk Tak Kuasa
Created with the Freeware Edition of HelpNDoc: Free HTML Help documentation generator

Bayan Maulana Yunus


Allah telah jadikan dunia ini tempat ujian, Darrul Intihan. Setiap manusia dalam keadaan apa saja dan siapa saja selalu dalam keadaan di uji oleh Allah. Kesenangan itu ujian dari Allah, kesusahan itu juga ujian dari Allah. Kesehatan itu ujian dari Allah dan Sakitpun juga ujian dari Allah. Harta, Jabatan, Keluarga, Perdagangan, Rumah, Kerabat, Teman, tetangga, Anak yatim, semua keadaan adalah ujian dari Allah. Allah tidak pandang status seseorang atau jabatannya, yang Allah lihat adalah sejauh mana orang itu mau sabar dalam ujian dan taat pada perintah Allah ketika di uji. Allah awasi manusia setiap saat, semuanya tercatat oleh malaikat seluruh perbuatannya, tidak ada yang meleset. Hasilnya akan Allah nampakkan nanti di akherat. Kita disuruh baca sendiri oleh Allah, disuruh menghitung sendiri amal perbuatannya. Di pengadilan Allah, semuanya akan Allah hisab, ditanya, dan harus dipertanggung jawabkan. Hasilnya hanya ada 2 saja :
  1. Surga : Bahagia selama-lamanya
  2. Neraka : Menderita selama-lamanya
Firman Allah :
“ Katakanlah : ( Muhammad ) ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku, (yaitu) mengajak (kamu/manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)
Jalannya Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya adalah mengajak manusia untuk taat kepada Allah. Sejauh mana mereka mengikuti jalan Nabi SAW dan sahabat RA, sejauh itu pula pertolongan Allah dan bantuan Allah kepada mereka. Mereka inilah orang-orang yang akan Allah menangkan, sebagaimana Allah telah menangkan para Nabi AS dan Sahabat RA diatas musuh-musuh mereka. Sedangkan musuh para Nabi AS adalah mereka yang menentang Jalan Hidup para Anbiya AS, mereka inilah orang yang celaka. Sudah Allah ceritakan dalam Al Quran kehidupan musuh-musuh Nabi yang menyebabkan mereka Allah binasakan. Allah tidak memandang kesuksesan mereka dalam hal keduniaan, yang Allah mau adalah ketaatan mereka kepada Allah.
Inilah yang namanya ujian, hanya ada 2 jalan :
  1. Hidup Cara Nabi : Jalan keselamatan dan kebahagiaan (Darrussalam)
  2. Hidup Cara Musuh-musuh Nabi : Jalan menuju Kebinasaan dan kesengsaraan
Sekarang kita coba Tafakkur (berpikir tentang kehidupan kita) dan Muhasabbah (menghisab kehidupan kita), ada di jalan yang mana kita saat ini. Inilah modal kita untuk selamat yaitu sering bertafakkur dan bermuhasabah agar kita tetap berada pada jalan yang benar. Jika kita ternyata berada pada jalan yang keliru, segeralah bertobat dan ubah haluan. Kita tata hidup kita kembali menjadi seperti kehidupan yang Allah mau, yaitu kehidupan Nabi SAW dan para sahabat. Mumpung kita masih punya waktu untuk merubah jalan dari yang salah kepada jalan yang benar. Penyesalan di akherat nanti sudah tidak ada gunanya lagi. Jalan Nabi SAW dan para sahabat adalah jalan yang menuju kepada pengampunan dosa. Yaitu jalan-jalan orang yang bertobat dan senantiasa memperbaiki diri. Mereka yang mengambil jalan ini akan selalu berinabah, mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah.
Kesalah fahaman terbesar yang terjadi pada umat saat ini adalah umat saat ini berkerja, bersusah payah, memaksakan diri untuk mendapatkan sesuatu yang pada akhirnya akan ditinggalkan, dan tidak akan di bawa ke dalam kubur. Suatu ketika Nabi SAW bertanya kepada para sahabat RA, “Mana yang lebih kamu sukai harta yang kamu miliki atau harta yang dimiliki oleh ahli waris ?” para sahabat menjawab, “Tentu harta yang kami miliki sendiri ya Rasullullah” Lalu Nabi SAW berkata mahfum, “Sesungguhnya seluruh harta yang kamu kirim untuk akheratmu adalah harta kamu yang sebenarnya, sedangkan harta yang kamu tinggalkan adalah milik ahli warismu.” Inilah yang tidak di sadari oleh umat saat ini bahwa yang namanya tabungan kita atau harta kita adalah yang telah kita infakkan kepada Allah, dan yang kita tinggalkan ini akan menjadi milik orang lain. Jadi hari ini orang mati-matian mengumpulkan harta, agar bisa dinikmati oleh orang lain. Harta yang di dunia ini tidak akan selamanya bersama kita, tetapi yang telah dikirim kepada Allah inilah yang akan kekal.
Ada 3 Macam Nikmat yang Allah berikan kepada manusia :
  1. Nikmat Zohiriah : Dari Sifat Pengasih Allah ( Ar Rahman )
Seperti Nikmat : Udara, Air, Panas Matahari, Harta, Pangkat, dll.
Ini diberikan kepada seluruh manusia
  1. Nikmat Bathiniah : Dari Sifat Penyayang Allah ( Ar Rahim )
Seperti Nikmat : Taqwa, Qonaah, Hidayah, Sholat, Dzikir, dll.
Ini diberikan hanya kepada orang yang beriman
  1. Nikmat Tertinggi : Yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul
Yaitu : Fikirnya, Risaunya, Akhlaqnya, dan Kerjanya Anbiya AS
Ini diberikan kepada kekasih-kekasih Allah
Jika nikmat tertinggi itu wujud dalam diri kita, berarti Allah sangat sayang pada kita. Sedangkan Allah hanya memberikan nikmat tertinggi itu kepada orang yang paling Allah cintai yaitu para Anbiya AS. Nikmat kerajaan Allah berikan kepada musuh Allah juga seperti Firaun dan Namrud. Nikmat harta juga Allah telah berikan kepada musuhnya yaitu Qorun. Nikmat kesehatan Allah juga berikan kepada musuhnya yaitu Kaum Ad. Nikmat Teknologi industri dan Arsitektur juga Allah berikan kepada kaum Tsamud. Nikmat Pertanian juga Allah berikan kepada kaum Saba. Namun nikmat yang paling mulia adalah pertolongan dari Allah untuk mengikuti jalannya para Anbiya AS dan sahabat RA. Sekarang pilihan ada di kita apakah kita mau mengikuti jejak musuh Allah atau kekasih Allah.
Barang siapa merasa lebih nikmat mendapat nikmat harta dibanding dengan nikmat Iman dan Amal, berarti dia sudah menghina Allah sebagai pemberi Nikmat tertinggi. Nikmat harta ini nilainya tidak lebih besar dari sebelah sayap nyamuk, sedangkan nikmat amal disisi Allah melebihi besarnya langit dan seluruh isinya. Untuk itu kita harus mensyukuri nikmat amal ini melebihi nikmat harta yang kita miliki. Satu Amal ini walaupun sebesar biji sawi, dapat kita bawa sampai mati, dan dapat menyelamatkan kita dari adzab Allah di akherat. Sedangkan harta di dunia, jika tidak kita gunakan untuk kemauan Allah maka ini hanya laku di dunia, sedangkan di akherat akan di hisab dengan keras. Siapa saja yang kufur dari nikmat yang Allah berikan maka Allah akan rampas nikmat itu dan Allah akan binasakan orang itu. Sebagaimana Allah telah binasakan orang-orang yang kufur dari nikmat Allah seperti Firaun, Qorun, Kaum Ad, Kaum Saba, dll. Hari ini kita lihat hati kita, lebih terkesan mana mendapatkan nikmat-nikmat musuh Allah atau nikmat menjalani kehidupan para Nabi.
Firman Allah :
“Kamu adalah umat yang terbaik (Choiru Ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang Maruf dan mencegah yang Mungkar, dan kalian beriman kepada Allah…” (3 : 110)
Nikmat Akbar atau nikmat besar dari Allah yang diberikan kepada Umat saat ini adalah Predikat Choiru Ummah, Gelar Umat Terbaik. Nabi Muhammad adalah pemimpin para Anbiya AS dan kita adalah ummat yang terbaik. Allah berikan pridikat umat terbaik kepada umat Nabi SAW asbab kerja yang mulia yaitu kerja Dakwah, kerjanya para Nabi. Nabi SAW dan para sahabat RA datang kepada manusia untuk mengajak mereka kepada Nikmat yang Akbar. Tetapi kebanyakan dari mereka malah lari bahkan menentangnya.
Yang harus menjadi fikir kita saat ini adalah bagaimana umat dapat selamat dari adzab Allah, di dunia dan akherat. Kita perlu kerjakan Dakwah ini dengan :
  1. Yakin Nabi SAW  : Tidak terkesan pada keadaan apapun
  2. Tertib Nabi SAW  : Cara yang di contohkan oleh Nabi SAW
  3. Akhlaq Nabi SAW: Iqrom, Khidmat, Kasih Sayang, Hikmah
  4. Fikir Nabi SAW     : Kerisauannya dan Bashirohnya
Sedangkan modalnya dan asbabnya Nabi SAW hanya :
  1. Yakin yang benar  : Allah bersama Saya
  2. Perintah Allah       : Dibalik perintah ada pertolongan Allah
  3. Doa                         : Senjata Nabi SAW
Inilah methode dakwah peninggalan Nabi SAW. Siapa saja yang meninggalkan dakwah maka dia akan jatuh dari pandangan Allah. Allah akan buang dia seperti manusia membuang sampah ke tempat sampah lalu tidak di lihatnya lagi. Allah akan tutup pintu-pintu keberkahan wahyu darinya. Dia tidak akan diperhatikan dan ditolong oleh Allah. Doanya tidak akan di dengar dan Allah akan sibukkan dia pada amal-amal yang Allah benci. Sehingga dia akan mati dalam keadaan dibenci oleh Allah.
Sahabat memenangkan peperangan, namun ketika pembagian ghanimah malah banyak yang menangis. Abu Darda RA ditanya oleh yang lain kenapa dia menangis, dia menjawab, “Jika kita sampai kufur terhadap nikmat yang Allah beri ini, maka nanti Allah akan hinakan kita seperti Allah hinakan Bani Israil ketika mereka kufur dari Nikmat Allah. Mereka meninggalkan perintah Allah, sehingga Allah cabut kenikmatan mereka dan Allah hinakan mereka.” Abu Darda RA takut kita tertimpa musibah dan kehinaan seperti Bani Israil ketika mereka kufur dari Nikmat yang Allah berikan.
Bani Israilpun pada awalnya Allah berikan banyak kenikmatan seperti :
  1. Kenikmatan bebas dari rasa takut terhadap Firaun
  2. Kemenangan melawan Firaun
  3. Makanan dan minuman yang datang dari langit
  4. Di tunjukkan kebesaran-kebesaran Allah, dll.
Namun mereka lalai dari pemberian Allah kepada mereka. Mereka tinggalkan perintah Allah dan kufur terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka. Akhirnya Bani Israil Allah hinakan sampai hari kiamat. Abu Darda RA takut kita bernasib sama seperti Bani Israil yang kufur dari nikmat Allah. Nabi SAW pernah berkata mahfum, “Setiap umat memeliki fitnah, sedangkan fitnah umatku adalah harta.” Awal kehancuran dari umat ini adalah ketika fitnah harta sudah masuk ke dalam kehidupan umat. Apa itu fitnah harta yaitu harta yang dapat melalaikan kita dari perintah Allah dan menyebabkan kita kufur dari nikmat Allah. Jika harta sudah masuk ke dalam umat akan terjadi 4 perkara, dan ini telah terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus sampai hari kiamat. 4 perkara itu adalah :
  1. Kesibukan mengurus harta, sehingga lalai dari Amal Agama
  2. Perpecahan diantara umat
  3. Menyebabkan hati menjadi keras
  4. Pintu menuju kemaksiatan akan terbuka
Jika kita lebih menangisi harta kita yang telah hilang dibanding menangisi perintah Allah yang kita tinggalkan, maka doa kita tidak akan di dengar oleh Allah. Ciri-ciri orang yang tawakkal kepada Allah adalah ketika dia kehilangan sesuatu, maka dia akan berkata, “Innalillahi wa inna illaihi Rojiun”, segala sesuatu datangnya dari Allah dan kepada Allahlah kembalinya segala sesuatu. Pada hakekatnya kita tidak memiliki apa-apa. Allahlah yang memberikan segala sesuatu kepada kita, dan Allah pulalah yang mengambilnya. Bahkan diri kita ini adalah milik Allah, yang sewaktu waktu Allah akan mengambilnya. Maulana Ibrahim dari India berkata, “Ciri-ciri kebathilan terbesar dalam diri manusia adalah ketika dia mengira bahwa harta dan diri dia adalah milik dia. Padahal segala sesuatu ini adalah milik Allah. Untuk membenarkan kesalah fahaman ini, maka penting kita korbankan diri dan harta kita di jalan Allah.”
Kita ini adalah dutanya Allah di muka bumi, sehingga kita di tuntut untuk bekerja seperti seorang duta. Jika seorang duta di kirim ke suatu negari, maka kekuatan negara yang mengirim akan bersama dia. Jika si duta ini disakiti maka negara yang mengirimpun akan turun tangan. Begitu juga kita, sebagai duta Allah, kekuatan yang mengirim bersama yang di kirim. Namun jika kita tidak menjalankan tugas kita sebagai seorang duta, maka Allah akan memecat kita sebagaimana negara akan memecat dutanya yang lalai dari amanat negara dan akan menggantinya dengan yang lain. Tanpa kita sadari kita sudah bekerja sebagai supir, pembantu, atau yang tingkatannya jauh lebih rendah dari seorang duta. Begitu juga kita, jangan tertipu dengan pekerjaan yang lebih kecil, sehingga pekerjaan besar kita tinggalkan yaitu sebagai duta Allah. Jangan mau meninggalkan pekerjaan yang besar dan mempunyai derajat tinggi di sisi Allah, demi mengurusi dunia saja yang kecil disisi Allah.
Apa tujuannya membuat Amal Maqomi dan Khuruj Fissabillilah? tujuannya adalah untuk perbaikan hati (Tazkiyatun Nafs) dan perbaikan Iman (Tazkiyatun Iman). Kita buat maqomi dan keluar di jalan Allah agar hati kita ini bercahaya dan agar kita siap menjadikan kerja dakwah ini sebagai maksud hidup. Maksud dikirimnya para Anbiya AS adalah untuk buat kerja dakwah agar manusia selamat dari siksa neraka dan membimbing mereka menuju jalan ke surga. Siksa Neraka itu tidak terbayangkan kedahsyatannya, kengeriannya, kepedihannya. Mereka meminta kepada Allah untuk dikembalikan ke dunia agar bisa beramal. Namun kata Allah dalam Quran walaupun mereka di kembalikan ke dunia, mereka akan tetap durhaka. Dikatakan Ahli Neraka ini akan mengerang kesakitan dan saling menangisi selama ribuan tahun. Mereka akan berteriak, “keluarkan kami…keluarkan kami..” Lalu Allah menjawab, “Diamlah kamu dan terhinalah kamu selamanya.” Inilah penderitaan Ahli Neraka, dan inilah asbab diutusnya para Anbiya AS.
Dakwah para Anbiya AS itu adalah :
  1. Perkara Tauhid        :  Keyakinan yang sempurna
  2. Perkara Risalat         :  Jalan Keselamatan / Cara Hidup
  3. Perkara Akherat      : Tempat kembali / Tujuan Akhir
Sedangkan maksud dikirim para Anbiya AS adalah untuk :
  1. Tabligh         : Menyampaikan perkara yang Haq
  2. Taklim          : Mengajar manusia mengenal yang Haq
  3. Tazkiyah      : Memperbaiki Akhlaq dan Keyakinan Manusia
Kita harus tingkatkan pengorbanan kita sampai batas akhir kemampuan kita menuju SurgaNya Allah. Sedangkan batas akhir Ahlul Dunia adalah Neraka Jahannam sebagai tempat kembalinya. Kita perlu timbulkan rasa kasihan, sedih, prihatin kepada mereka yang jauh dari Allah. Kita harus bisa menyayangi mereka sebagaimana kita menyayangi keluarga dan diri kita sendiri. Kita harus risaukan keadaan mereka di akherat nanti. Beri mereka nasehat dengan kerisauan yang tinggi. Inilah Jalannya Umar RA, Abu Bakar RA, Utsman RA, Ali Ra, sampai kepada Nabi SAW dan para Anbiya AS yaitu Jalan Dakwah. Jika kita ikuti jalan mereka maka hati kita akan bercahaya penuh dengan hidayah sehingga akan terlihat dengan jelas oleh kita antara yang Haq dan yang Bathil. Terus kita tingkatkan pengorbanan sampai ke batas pengorbanan sahabat sampai hilang kesan kita terhadap keduniaan. Banyak doa kepada Allah karena ketaatan hanya dapat dilakukan dengan pertolongan Allah.
Maulana Ilyas Rah.A berkata :
“Siapa saja yang ikut kerja dakwah tetapi tidak yakin Allah akan menolong dia berarti orang ini adalah orang yang fasik.”
Allah akan tolong kita seperti Allah telah tolong sahabat RA dan para Nabi AS. Siapa saja yang mengisi hatinya dengan Amal Agama, maka Allah akan masukkan cahaya ke dalam hatinya sehingga ia dapat melihat dengan cahaya Allah. Umar RA pernah berkata, “Hati-hati dengan firasat orang beriman.” Khalid bin Walid suatu ketika mau di jebak oleh seorang Raja, tetapi ketika itu Allah beri Ilham dan firasat kepada Khalid bin Walid RA. Si utusan Raja ketakutan ketika Khalid sadar bahwa dirinya akan di jebak, sehingga dia beberkan seluruh rahasia dan rencana penjebakan tersebut. Ketika itu Khalid RA datang menuju jebakan Raja, namun dia datang dengan persiapan. Akhirnya jebakan tersebut hanya memakan si raja itu sendiri. Inilah pertolongan Allah kepada orang beriman. Khalid RA tidak bisa di tipu karena dia dapat melihat dengan cahaya Allah. Ketika Cahaya masuk ke dalam hati, maka akan menghilangkan kegelapan di sekililingnya. Sehingga sesuatu yang tidak nampak oleh mata manusia terlihat oleh orang yang hatinya di penuhi oleh cahaya Allah. Umat hari ini di tipu atau di jebak tetapi dirinya tidak tau bahwa dirinya telah di tipu dan di jebak. Ini dikarenakan Hati ini tidak masuk cahaya Allah. Seperti katak dalam tempurung, di kegelapan merasa dapat mengetahui segalanya, padahal dia tertutup dari yang namanya kebenaran.
Seorang sahabat setiap ada peperangan selalu membuka pakaian besinya agar bisa mati di jalan Allah. Tetapi apa yang terjadi, pesan pimpinan musuhnya, “Jika kalian bertemu dengan orang yang telanjang dada, lari saja…” Maka dalam peperangan, tentara musuh, setiap melihat Birrah RA lari ketakutan seperti domba yang lari melihat srigala. Ini dikarenakan hati para sahabat ini telah dimasuki oleh cahaya Allah. Sehingga cahaya ini bisa menembus dan melihat kepada kehidupan sesudah mati. Sahabat mencintai mati sebagaimana Ahlul Dunia mencintai harta.
Kenapa kita dikenalkan kepada usaha nubuwah ini yaitu untuk menyebarkan kebaikan kepada seluruh manusia, membawa kabar gembira tentang Surga yang Allah janjikan, dan memberi peringatan tentang Adzab Allah. Kebaikan yang kita dapat dari Dakwah ini adalah untuk diri kita sendiri. Bencana akan datang jika dakwah di tinggalkan, dan Allah akan meminta pertanggung jawaban kita atas kerja dakwah ini. Kita ajak manusia mengenal Allah dan janji-janjinya, lalu kita bawa mereka kepada kehidupan Nabi SAW dan para sahabat. Bagaimana mereka, Nabi SAW dan para sahabat RA, Allah muliakan dunia dan akherat. Dakwah ini adalah usaha agar umat mau balik kepada jalan keimanan dan jalan ketaqwaan, yaitu jalannya para Anbiya AS dan Sahabat RA. Kesibukan kita hari ini adalah dengan perkara yang kecil dan hina disisi Allah. Kita melupakan perkara yang dapat menaikkan derajat kita dan yang justru menyebabkan kita mulia dan besar disisi Allah. Kekuatan Allah akan bersama dengan umat ini jika mereka mau hidupkan dakwah dan kembali kepada kehidupan dan jalan para Anbiya AS dan Sahabat RA.
Permisalan gerak dakwah yang dilakukan umat ini adalah seperti salju yang meleleh karena sinar matahari sehingga mengalir turun gunung, masuk ke lembah-lembah, turun ke parit, lalu ke sungai, dan menuju Laut. Air ini memberi manfaat kepada semua yang di lewatinya. Gerak air ini suci dan mensucikan. Ketika air ini gerak manfaatnya adalah buat tumbuh-tumbuhan, binatang yang haus, membersihkan kotoran, dan lain-lain. Semuanya dapat mengambil manfaat, selama air itu dalam keadaan bergerak.
Sedangkan permisalan orang yang berhenti dari dakwah ini seperti air yang terjebak ke dalam lobang-lobang air, dia akan menetap disana. Air yang terjebak ini akan tergenang, lalu dikencingi orang, diberaki binatang, diminum anjing, sehingga tidak suci lagi dan banyak penyakit. Seiring waktu berjalan air yang terjebak itu akan menjadi mudharat buat yang lain. Begitu juga orang yang tidak buat gerak dakwah maka dia akan terjebak ke dalam lobang-lobang dunia, kantor, tahta, jabatan, sehingga orang ini akan menjadi rusak dan membawa mudharat bagi orang lain. Ketika dia terjebak dalam lobang dunia maka dia akan mulai meninggalkan sunnah, yakinnya mulai rusak, mulai lalai dari perintah Allah, dan akhlaqnya akan menjadi buruk. Sehingga yang muncul adalah perbuatan merusak seperti mencuri, korupsi, memfitnah, seperti penyakit yang timbul dari air yang kotor. Asbab ini yang terlihat dari umat adalah sisi yang buruk saja.
Sahabat bergerak menyebarkan cahaya Allah, sehingga semua orang dapat mengambil manfaat dari kehidupan mereka. Allah berjanji siapa saja yang menolong Agama Allah maka Allah akan menolong mereka. Kita aja manusia kepada cahaya Allah yang mengeluarkan manusia dari kegelpan. Tambah pengorbanan jangan sampai kerja kita tidak ada peningkatan nanti ada yang marah. Seperti anak kecil ketika dia kecil hanya bisa mencoret-coret saja namun masih  di puji-puji oleh orang tuanya dan gurunya. Tetapi jika sudah besar masih kerjanya coret-coret saja tidak ada perkembangan maka ini bisa menjadi asbab dimarahi oleh guru dan orang tuanya. Begitu juga dalam kerja ini jika kita tidak ada peningkatan dalam kerja agama nanti Allah akan marah pada kita. Bagi orang yang sudha lama dalam usaha ini buat peningkatan kerja dan pengorbanan lebih banyak lagi. Orang lama ini seperti mobil yang memimpin di depan, jika mobil yang di depan ini mogok maka mobil yang dibelakang akan berhenti dan akan terjadi kemacetan. Jadi jangan biarkan diri kita berhenti, maju terus, berkorban terus sampai tidak ada lagi yang bisa kita korbankan. Nanti Allah akan tampakkan hasilnya di akherat.