Wednesday 1 February 2012

Bayan Prof. Farahim


Hari ini Umat Sholat, tetapi ketidak patuhan dan kemaksiatan berjalan juga bersamaan. Parahnya adanya rasa puas terhadap Ibadah dan amal-amal yang mereka lakukan. Mereka merasa aman dengan amal-amal yang mereka perbuat sehingga menimbulkan rasa cukup dalam ibadah mereka. Ini terjadi karena kelemahan Iman, dan inilah kondisi umat saat ini.
Yang terpenting di akhir hidup ini adalah bagaimana kita dapat mati dalam keadaan takut kepada Allah bukannya takut kepada mahluk. Seorang pemuda di India rela mati dibunuh oleh orang-orang hindu karena berani pergi ke mesjid setelah dilarang mereka. Sementara orang Islam yang lain tidak ada yang berani ke mesjid karena takut kepada orang hindu. Si pemuda ini lebih memilih mati dengan membawa rasa takut kepada Allah dibanding hidup tapi takut kepada mahluk dan mati dengan membawa rasa takut kepada selain Allah.
Iman akan datang melalui pengorbanan, dan Iman akan terbentuk melalui usaha atas Iman, seperti dengan berbicara kebesaran Allah, jaulah, taklim, dan sillaturrahmi. Apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diucapkan oleh mulut, dan difikir dengan akal, ini dapat membentuk atau merubah kondisi Iman kita dalam hati. Jika fungsi ini digunakan untuk meningkatkan, memelihara, dan membentuk Iman dalam hati selama 24 jam, maka Iman ini akan terjaga dan terawat. Tanda-tanda orang yang merawat Imannya adalah dia akan memaksimalkan fasilitas yang Allah beri kepadanya hanya untuk menyenangkan Allah.
Dunia ini dan segala kepastian hukum alamnya dapat berubah-ubah, semata-mata dengan keyakinan yang benar dan keyakinan yang kuat kepada Allah Taala. Jika kita mempunyai keyakinan ini seluruh hukum alam yang pasti ini dapat berubah-ubah tergantung kehendak kita. Hukum Alam dapat berubah dengan Qudratullah, sedangkan Qudratullah ini akan datang hanya dengan keyakinan yang kuat kepada Allah Taala. Seperti hukum air yang menenggelamkan malah bisa dipakai buat berjalan oleh Sahabat RA. Fungsi api yang membakar malah menyejukkan buat Ibrahim AS. Ini semua dapat terjadi hanya dengan keyakinan yang benar dan keyakinan yang kuat terhadap Allah Taala.
Dengan keyakinan yang benar, maka doa ini dapat mendatangkan Qudratullah. Orang Islam akan kembali jaya bukan dengan teknologi, ekonomi, politik, kekuasaan, harta benda, atau status sosial, tetapi dengan Keimanan yang dapat mendatangkan Qudratullah. Jika Iman ini sudah sampai ke taraf keimanan para sahabat, nanti Allah yang akan hancurkan musuh-musuh Islam seperti Allah telah hancurkan Firaun dan Namrud. Dan Allah pulalah yang akan beri kejayaan dan kesuksesan seperti Sahabat ketika menguasai 2/3 dunia dengan kekuatan Iman dan Amal mereka.
Islam dakwah bukan dengan pedang, tetapi dengan Akhlaq. Nabi SAW dibenci bukan karena Akhlaqnya tetapi apa yang Nabi SAW dakwahkan. Bahkan karena Akhlaq Nabi SAW, musuhpun menghormati Nabi SAW. Namun jika ada kepentingan Agama menggunakan pedang untuk berdakwah ini karena kondisi yang mengharuskan Islam untuk berperang. Sudah tidak ada jalan lain selain angkat pedang penyelesaiannya.
Dunia ini berubah karena ada orang-orang yang berkorban dengan jiwa dan harta mereka. Seperti seseorang yang hanya berjualan susu secara lokal tetapi karena ada korban untuk cari hubungan keluar negeri, maka bisnis susunya menjadi perdagangan Internasional. Asbab adanya perdagangan Internasional, bahasa lokal menjadi bahasa Internasional, seperti bahasa Inggris. Begitu juga agama jika ada pengorbanan dan usaha untuk agama, maka ini dapat merubah keadaan dunia.
Dakwah itu seperti tanah, Iman itu seperti benih dalam tanah, Taklim itu airnya, Quran dan dzikir adalah lingkungan suasananya, Rukun Islam adalah akar pohon, Ilmu itu adalah batang pohon, amal-amal agama adalah ranting-ranting pohon, Akhlaq adalah buahnya, sedangkan rasa manis dari buah adalah keikhlasannya. Amalan Maqomi dan intiqoli (Khuruj Fissabillillah) ini gunanya adalah untuk meningkatkan dan memelihara Iman. Sebagaimana petani memelihara pohon buah dengan datang ke kebunnya. Pulang pergi  dari rumah ke kebun hanya untuk kerja atas kebun, baru kebun akan berkembang. Iman kita akan berkembang jika kita keluar di jalan Allah dan balik buat amal maqomi.
Perbedaan antara mainan dan perkara yang sebenarnya terletak pada takazanya atau kepentingannya. Seperti antara kapal mainan dan kapal yang sebenarnya. Kapal yang sebenarnya itu harus dipenuhi dulu takazanya. Apa takazanya: kapal yang sebenarnya itu memerlukan bensin, landasan udara, tower kontrol, pilot, mekanik pesawat dan karyawan pesawat. Tanpa ini semua, maka akan terjadi masalah atau kapal tidak akan bisa terbang. Kalau kapal mainan itu tidak perlu ada takaza seperti itu. Jadi agar kapal bisa terbang harus dipenuhi dulu takazanya.
Iman seperti itu juga, ada bedanya antara Iman yang sebenarnya dan Iman mainan. Kalau Iman yang sebenarnya, agar bisa digunakan dan dapat diambil manfaatnya, maka harus dipenuhi dulu takazanya. Apa takaza Iman itu :
  1. Keluar di Jalan Allah                      : Menaikkan Iman
  2. Maqomi                                            : Memelihara Iman
  3. Dakwah                                            : Membentuk Iman
Inilah perbedaan antara yang sebenarnya (Realitas/Kenyataan) dengan yang mainan (Hanya Khayalan/Tidak Real). Agama ini adalah yang sebenarnya, nyata, maka mempunyai takaza yang harus dipenuhi agar kita dapat menggunakannya dan mengambil manfaatnya. Sedangkan takaza agama ini adalah Ilmu dan Amal. Kita tau ilmunya lalu langsung kita amalkan, baru kita bisa faham manfaatnya.
Hari ini banyak orang ke mesjid untuk minta hidayah setiap habis sholat, namun setelah pulang tidur, takazanya tidak dipenuhi. Agar doa kita mempunyai kekuatan maka setelah doa, takazanya harus dipenuhi yaitu usaha atas hidayah. Orang berdoa agar musuh Islam dihancurkan, tetapi setelah doa, takaza jihad tidak dipenuhi, dia hanya uring-uringan saja. Apakah dengan ini musuh Islam akan hancur. Cara seperti ini tidak akan merubah keadaan.
Agar kita bisa merasakan kenikmatan dari doa kita maka asbab-asbabnya juga harus dipenuhi terlebih dahulu dengan keyakinan bahwa Allah tanpa asbab dapat memenuhi hajat kita dengan QudratNya. Penting kita sadari bahwa Allah membuat dunia ini dengan tertib dan ada sunnatullahnya. Tujuannya agar manusia mau berkorban, tidak hanya dengan duduk-duduk saja. Dunia ini membawa ketetapan Allah, hukum-hukum alam yang telah ditentukan Allah, sunnatullah. Namun orang beriman menjalankan hidup ini harus dengan keyakinan bahwa Allah tidak bergantung pada apapun dan tidak terikat pada apapun. Allah dapat melakukan segala sesuatu diluar aturan-aturan yang ada. Allah Mah Kuasa dan kekuasaan Allan tanpa batas. Seperti makan, Allah mamp[u memberi manusia makan tanpa kerja. Tetapi mencari Nafkah atau kerja ini adalah perintah Allah. Kita mencari nafkah ini harus dengan keyakinan bahwa Allah mampu memberi kita nafkah tanpa kerja, hanya saja ini perintah dan ketetapan Allah. Jika dilanggar ketetapan Allah ini akan ada konsekwensi atau akibat. Sebagaimana orang yang jatuh lalu berdarah, ini adalah akibat nya bila terjatuh. Jika orang terjatuh maka akan berdarah dan akan keluar rasa sakit. Jika kita hanya bermodalkan keyakinan tanpa buat usaha untuk memenuhi asbabnya terlebih dahulu, ini seperti seseorang yang doa meminta anak tetapi tidak mau kawin.
Anbiya AS mereka kekuatannya terletak pada doa dan usahanya. Apa yang di doakan oleh Anbiya AS dan lalu apa yang diusahakan mereka yaitu hidayah untuk hati-hati manusia. Ini ketetapan Allah, bahkan Anbiya AS yang doanya paling ijabah dibanding kita tetapi Allah perintahkan kepada mereka untuk buat usaha atas hidayah. Hidayah tidak akan turun hanya dengan sekedar duduk-duduk saja dengan berdoa. Penuhi asbab dan takaza dari doa itu, baru doa ini mempunyai kekuatan. Lakukan apa yang kita mampu lakukan nanti Allah akan mengerjakan apa yang kita tidak mampu kerjakan.
Untuk memenuhi takaza agama diperlukan asbab-asbab. Asbab inilah yang dijadikan pengorbanan untuk kepentingan Agama. Seorang petani dia akan menanam benih, lalu dia akan melakukan pengairan, pemupukan, tetapi masalah panen ini adalah urusan Allah. Inilah yang dilakukan petani sebelum panen yaitu dengan memenuhi asbab-asbab pertaniannya seperti benih, air, pupuk, dan lain-lain. Hasil dari panen inilah yang digunakan sebagai asbab untuk memenuhi takaza agama. Jerih payah dunia yang dihasilkan lalu digunakan untuk memenuhi takaza agama bukan untuk kepentingan nafsu inilah yang dinamakan pengorbanan.
Pada dasarnya setiap kita melakukan usaha atau kegiatan, maka kita akan mendapatkan 2 hasil :
  1. Benda yang diusahakan
  2. Keyakinan terhadap benda tersebut
Seperti tukang minyak yang diusahakannya adalah membeli minyak untuk di jual. Jadi minyak adalah benda yang diusahakan. Si tukang minyak yakin bahwa minyaknya dapat menyelesaikan masalahnya dan dapat mendatangkan kebahagiaan. Asbab keyakinannya terhadap minyak maka jualan minyak menjadi kerjaannya yang utama. Jika meninggal pekerjaanya akan dilanjutkan oleh keluarganya. Jika menghasilkan maka orang-orang akan mengikutinya. Begitu juga kerja agama ini, jika benar dikerjakan maka hasilnya adalah hidayah dan keyakinan menjadikan usaha ini sebagai maksud hidup. Sehingga ketika kita meninggal keluarga kita akan meneruskannya dan orang lain akan mengikuti kita.

No comments:

Post a Comment