Wednesday 1 February 2012

Bayan Maulana Saad Al Khandalawi VI


  • Tujuan dawah berhasil jika iman dan amal ada peningkatan.
  • Seorang mumin dalam kegiatan sehari-hari (seperti sholat), bergerak atau tidak merupakan amal.
  • Ghas (Jaulah) dibuat sebelum adzan seperti terjadi yang terjadi di Madinah zaman sahabat.
  • Peringatkan orang lain tentang adzab Allah untuk perbaikan diri sendiri.
  • Dawah seperti seorang pedagang yang berusaha menawarkan dagangan sebaik mungkin untuk keuntungan diri sendiri.
  • Dawah bukan pidato, harus disertai dengan amal.
  • “wa man ahsanu qoulammimmandaa ilaLLah…” -> qoulan = agama.
  • Syetan menghalangi dengan mengatakan “kamu dawah tapi tidak beramal”, maka kondisi orang tersebut tidak berdawah dan tetap dalam keadaan tidak beramal.
  • “fadzakkir fainnadzdzikra tanfaulmuminiin” adalah dalil pentingnya beramal secara ijtimai.
  • Amal ijtimai mencegah dari kelalaian, jika amal fardhu tanpa ijtimai agama akan rusak.
  • Amal ijtimai bukan sekedar hubungan antar mumin, tetapi ini adalah perintah Allah.
  • Satu-satunya asbab kerusakan umat saat ini karena dawah ditinggalkan, tidak yakin dengan amal agama sehingga akhirnya menjual agama.
  • Kisah-kisah sahabat bukan sekedar cerita lama, tetapi merupakan amalan-amalan yang bisa kita amalkan.
  • Hanya dengan dawah ilaLLah untuk meningkatkan iman.
  • Dawah ilaLLah untuk orang mumin, bukan untuk orang musyrik -> “Yaa ayyuhalladzima aamanuu hal adullukum….”
  • Kalau dawah kepada orang musyrik disebut dawah ilal islam.
  • Dengan dawah ilaLLah kita selalu membicarakan kebesaran-kebesaran Allah, pasti akan meningkatkan iman dan amal agama menuju kepada pemurnian tauhid.
  • Mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan dawah (ijtimai) untuk meningkatkan kualitas amal infirodi.
  • Amal infirodi tidak meningkatkan iman, tetapi untuk melengkapi amal, sabda RosuluLLah: “Jaddiduu iimaanakum…” -> kum menunjukkan amal ijtimai.
  • Jika kita sampaikan kalimat “laa ilaaha illaLLah” syirik dalam hati kita akan keluar dengan sendirinya.
  • Yakin atas perkara-perkara yang ghoib “… alladziinaa yuminuuna bilghoib…”.
  • Usaha dawah atas iman akan memperoleh:

1. Istiqomah atas perintah-perintah Allah
      • Istiqomah setelah ada ujian dari Allah, tidak ada istiqomah jika tidak diuji.
      • Riya adalah syirik amal, condong kepada selain Allah.
      • Tidak ada karena aku, tetapi karena Allah yang kuasa.
      • Mujizat nabi, karomah wali adalah perbuatan Allah, diberikan kepada manusia karena kemulaiaan akhlaq dan taqwanya.
      • Manusia adalah muhtaj (membutuhkan Allah dalam segala keperluannya).
      • Allah tidak suka orang yang berdoa tetapi belum buat amal.
      • Perbedaan doa dan dawah, doa -> mohon ke Allah, dawah -> Allah yang akan memberi.
      • Tidak ada kalimat “kebetulan”, semua berlaku atas kudrat / perbuatan Allah.
      • Kiamat untuk semua orang (kiamat kubra) akan terjadi jika tidak ada lagi orang yang mengakui segala sesuatu adalah ciptaan Allah.
      • Janji Allah hanya ada dalam amal, tidak ada dalam asbab.
      • Jika masih percaya dengan asbab, amal akan sia-sia.
      • “Iyyaaka nabudu wa iyyaaka nastaiin” -> Berdoa dahulu baru bekerja.
      • Nafikan asbab dengan doa, baru kemudian kerjakan amal dengan hanya bergantung kepada Allah.
      • Orang yang lapar untuk Allah tidak akan dihisab pada hari kiamat.
      • Sahabat gembira dalam kemiskinannya, mereka sedih dengan kekayaannya.
      • Segala sesuatu bisa menjadi ujian melalui asbab.
      • orang musyrik / kafir gembira dengan asbab dan tenang dengannya.
2. Yakin dengan janji-janji Allah
      • Yakin dengan pertolongan (janji) Allah seperti pertolongan Allah dalam kisah-kisah nabi dan para sahabat.
      • Sahabat tidak percaya pada perkara-perkara dzahir, pertolongan Allah datang bukan karena mereka sahabat.
      • Sekarang adalah zaman penipuan dengan asbab, seolah-olah pertolongan Allah sudah tidak ada lagi.
      • Pertolongan Allah untuk umat akhir zaman 50 (lima puluh) kali dari sahabat, dan ganjarannya 70 (tujuh puluh) kali dari sahabat (muntakhab).
      • Kita cerita tentang nusroh Allah kepada para sahabat, tetapi kita tidak yakin nusroh Allah pada kita.  Nusroh Allah tidak berhenti.
      • Cerita sahabat untuk belajar yakin bukan sekedar sejarah, kita pelajari apa amalan mereka yang menyebabkan nusroh Allah datang.
      • Bembira saat bertemu dengan Allah dalam shalat.
      • Utamakan amalan daripada asbab.  Bukan meninggalkan asbab, tetapi jangan percaya asbab.
      • Contoh:   Jika mendengar adzan tingalkan segala urusan untuk Allah (surat al-Jumuah).  Sambut adzan dengan lisan dan perbuatan.
      • Contoh:   Shalat dua rakaat dahulu baru kemudian kerjakan asbab dengan dzikruLLah.
      • Amal taat pada ilmu, amal mamum pada ilmu.  Jika tidak kama asbab akan menjadi tuhan.
      • yahudi dan nasrani menjadikan asbab sebagai tuhan mereka.
      • GhoiruLLah tidak pantas disembah, jika alim ulama menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal ini akibat lebih percaya kepada asbab.
      • yahudi dan nasrani tahu hukum-hukum Allah tetapi lebih percaya pada asbab.
      • Ilmu adalah segala sesuatu yang menjadikan manusia taat kepada Allah, selain itu adalah arts (seni).
3. Ikhlas dalam amal
4. Yakin dengan ganjaran yang diberikan Allah
  • Tahapan kerja Maulana Ilyas:
    • Membayar gaji orang untuk buat dawah tetapi tidak berhasil.
    • Membangun 250 madrasah, tetapi tidak berhasil.  Uang habis sehingga sekeluarga kelaparan.  Di madrasah “Kasyful ulum” santri, ulama & keluarga sejak itu biasa lapar.  Putranya Maulana Yusuf  (anak tunggal) kelaparan, mengorek-orek tepung gandum untuk makan, Maulana Ilyas berdoa (shalat hajat), doa diterima dan sejak saat itu yang datang ke masjid Banglawali tidak pernah lapar.
    • Mengajak manusia untuk berkorban dengan harta dan diri di jalan Allah berhasil.
  • Maulana Yusuf tiap hari bayan subuh 3 jam denga berdiri hingga akhir hayat.  meninggal usia 48 tahun di jalan Allah sesuai dengan doanya.  Beliau biasa bekerja keras di dawah ini, tidak tidur lebih dari 4 5 jam perhari.
  • (Tambahan dari pentarjim) -> Pikir akhirat seperti membawa mobil, lihat ke depan (akhirat) konsentrasi penuh untuk mencapai tujuan, sekali-kali lihat ke kaca spion (dunia) untuk keseimbangan hidup.

No comments:

Post a Comment