Monday 7 November 2011

dunia ini gelap, kubur itu terang..

Alkisah di suatu pengajian akbar (jemaah yang hadir sekira 3.000 orang), Pak Kiyai menyampaikan ceramahnya, “Hadirin yang mulia, dunia ini gelap dan kubur itu terang! Hadirin semua setuju?” Serentak hampir semua jemaah menjawab, “Setuju!!!”

Pak Kiyai melanjutkan, “Nah bagi yang setuju dengan pernyataan saya, boleh pulang.” Maka dengan suara gaduh hadirin pun pulang, kecuali tiga orang pemuda yang masih belum beranjak dan tempat duduknya (ternyata ketiga pemuda itu duduk paling depan dan tidak mengantuk selama Pak Kiyai berceramah).
Melihat ketiga pemuda itu tidak beranjak dan tempatnya, Pak Kiyai bertanya, “Mengapa kalian tidak pulang? Kalian tidak setuju dengan pernyataan saya?
“Yah..., kami penasaran dengan ungkapan Pak Kiyaitadi. Pak Kiyai tadi  bagaimana, dunia yang jelas-jelas terang eh ... malah dikatakan gelap, sedangkan kubur yang sudah jelas-jelas gelap malah dikatakan terang, apakah uangkapan Pak Kiyai itu tidak terbalik?” jawab si Pemuda.Pak Kiyai menjawab sambil tersenyum, “Tidak Nak Saya tidak keliru dengan yang saya sampaikan tadi.”

“Baiklah, jika kalian ingin mengetahui jawabannya mari ikut saya.” Pak Kiyai membawa ketiga pemuda tadi kemulut sebuah gua yang gelap. Ketiga Pemuda tadi semakin bertambah keheranan dan kepenasarannya. Pak Kiyai berucap kepada ketiga pemuda itu, “Masukilah gua itu dan jika kalian menemukan kerikil didalamnya, ambillah.”
Ketiga pemuda itu semakin bengong dan dibuat bingung oleh instruksi Pak Kiyai. Pemuda I berfikir, “Aku tidak akan tertipu untuk yang kedua kalinya, aku tak akan membawa apa-apa. Mengapa Pak Kiyai aneh ini malah menyuruh mengambil kerikil bukan membekahi saya senter atau obor!”

Pemuda II agak ragu-ragu dengan perintah Pak Kiyai,ia berfikir, “Ah... saya akan mengambil sedikit saja kerikil itu.
Pemuda ketiga berfikir, “Apa pun yang diperintahkan Pak Kiyai saya samina wa atharza, saya akan mengambilkerikil itu..”

Singkat cerita, ketiga pemuda itu memasuki gua. Pak Kiyai sudah menunggu di ujung mulut gua. Ketika melihat kemunculan ketiga pemuda itu, Pak Kiyai berkata, “Silakan kalian membuka hasil bawaan kalian dan dalam gua itu.”

Ketika melihat bawaannya, Ketiga Pemuda itu langsung pingsan. Ternyata kerikil itu adalah intan permata!!.

Setelah ketiga pemuda itu siuman, Pak Kiyai menjelaskan, “Itulah jawaban dan pernyataan saya pada ceramah tadi.Dunia yang saya katakan gelap, saya umpamakan gua yang tentunya di dalamnya gelap, sedangkan ujung gua (di luar gua) itu saya umpamakan kubur karena memang terang.

Dan kerikil! yang ternyata intan permata itu saya umpamakan bekal amal kita masing-masing ketika memasuki dunia (gua) yang serba gelap.”



Pak Kiyai melanjutkan, “Setiap orang akan menyesal ketika sudah sampai di alam kubur (sudah meninggal dunia), karena ternyata semua manusia akan menyadari bahwa kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan akhirat yang membutuhkan bekal amal shalih. Yang tidak membawa perbekalan amal shalih akan celaka selamanya, yang membawa bekal amal! shalih sedikit akan menyesal mengapa tidak membawa lebih banyak dan yang sudah membawa bekal amal! shalih yang banyak menyesal kenapa tidak membawa lebih banyak lagi. Pendek kata kita Semua akan menyesal tapi penyesalan saat itu tiada artinya.”

Syaikh Shalih bin Aly Asy-Syuwaiman ke Ijtima' Raiwind, 1986

Syaikh Shalih bin Aly Asy-Syuwaiman ke Ijtima' Raiwind, 1986

Karguzari (laporan) ijtima' Raiwind daripada Syaikh Shalih bin Aly Asy-Syuwaiman kepada Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz melalui surat dengan berisi pujian, penafian keburukan dan tuduhan terhadap usaha dakwah dan tabligh berserta tasykil (ajakan). Surat ditulis pada tahun 1407H. 
Catatan bersumber daripada terjemahan Indonesia buku Jilaaul Adzhan (Menyingkap Tabir Kesalahfahaman terhadap Jamaah Tabligh) di bahagian ketiga; Kumpulan Surat-Surat Dari Para Pemimpin, Tokoh Ulama, dan Masyaikh yang Mendukung Jamaah Tabligh di Kerajaan Saudi Arabia susunan Syaikh Ghulam Musthafa Hasan. Di dalam bab ini juga turut melampirkan surat daripada Syaikh Maulana Muhammad Ilyas dan Syaikh Muhammad Ihtisyamul Hasan rahimahumAllah kepada yang mulia Raja Abdul Aziz 1, Aali Saud rahimahullah pada tahun 1357H. 
Syaikh Shalih bin Aly Asy-Syuwaiman menyatakan di dalam surat tersebut; 
"Bismillahirrahmanirrahim, 
Yang mulia orang tua kami, Syaikh Abdul-Aziz bin Abdullah bin Baz, Ketua Umum Lembaga Riset Ilmiah, Fatwa, Da'wah, dan Bimbingan Islam, semoga Allah menjaganya dari segala keburukan dan memberikan taufiq dalam langkah-langkahnya. Amin. 
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 
Liburan saya dimulia pada tanggal 1/3/1407H, dan saya telah melakukan perjalanan ke Pakistan pada tanggal 3/3/1407H bersama rombongan ulama dan mahasiswa dari berbagai Universitas, antara lain Universitas Islam, Universitas Imam Muhammad bin Saud, Universitas Raja Saud dan lain-lainnya. Kami benar-benar telah menyaksikan suatu keajaiban. Begitu kami sampai di Bandara Lahore, kami disambut oleh sekelompok pemuda shalih, yang memancarkan cahaya ilmu dan iman dari janggut-janggut dan wajah-wajah mereka. Kami menuju ke masjid bandara dan melaksanakan shalat sunnah. Kemudian, kami duduk berkumpul dengan rombongan yang berasal dari berbagai negeri. Maka, seorang di antara mereka menyampaikan kalimat-kalimat ajaib yang sangat mengesankan hati. 
Kemudian, mobil datang mengangkut kami ke tempat pertemuan di Raiwind. Pertemuan yang indah, yang menyebabkan kekhusyukan hati dan berlinangnya air mata karena rasa gembira dan rasa takut kepada Allah. Pertemuan yang menyerupai pertemuan penduduk surga. Di dalamnya tidak ada kata-kata teriakan, tidak ada  perasaan lelah, tidak ada perkataan sia-sia, tidak ada kekacauan, dan tidak ada kebohongan. Juga sangat bersih, tidak ada bau busuk dan tidak ada kotoran. Pertemuan yang diatur dengan sangat tertibnya - tanpa polantas, tanpa polisi keamanan, tanpa patroli polisi dan tanpa penjaga. Padahal, pertemuan ini meliputi satu juta orang lebih. 
Demi Allah, inilah pertemuan yang menghidupkan hati, menyinarkan dan meningkatkan iman - sebuah kehidupan alami dan fitrah yang diliputi oleh dzikrullah, ilmu, ceramah umum, pelajaran (majelis ta'lim) dan halaqah dzikir siang dan malam. 
Alangkah elok dan alangkah indahnya karena ia memberikan kepada kita gambaran yang hidup tentang kehidupan para sahabat, tabi'in dan tabiit-tabi'in r.a, yakni gambaran tentang perjuangan, ilmu dan dzikir, kata-kata yang baik, perbuatan-perbuatan yang baik, gerakan-gerakan Islami yang indah dan wajah-wajah yang memancarkan cahaya iman dan ilmu. 
Anda tidak akan mendengarkan kecuali kata-kata Tauhid dan dzikir, tasbih, tahmid, takbir, membaca Al-Qur'an, salam, jawaban salam, ucapan jazakallahu khairan dan sebagainya. 
Anda tidak memandang kecuali yang menyenangkan Anda dan menyemangatkan hati Anda berupa kegiatan menghidupkan sunnah Rasulullah s.a.w dengan segar - untuk Anda nikmati setiap saat. Sungguh, ini merupakan pertemuan Islami yang agung, indah dan manis. 
Secara umum, ia merupakan praktek penerapan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Betapa sunnah menimbulkan kehidupan yang baik dan membahagiakan, dan betapa saya sangat mendambakan pertemuan seperti ini dapat dilaksanakan di negeri Saudi Arabia. Sebab, negeri ini sangat pantas bagi setiap kebaikan dan selalu melebihi negeri-negeri lain dalam setiap kebaikan semenjak masa kerajaan Raja Abdul Aziz - semoga Allah mengampuninya dan menyucikan ruhnya di jannatun-na'im dan mengumpulkan kia semua di Surga Firdaus. 
Pribadi-pribadi Jamaah ini berasal dari seluruh pelosok dunia. Mereka memiliki satu bentuk, satu tabiat, satu kata dan satu tujuan. Seakan-akan mereka keturunan dari satu orang atau seakan-akan Allah s.w.t menciptakan satu hati dan membagi-bagikannya kepada mereka. 
Mereka tidak mempunyai ambisi dan cita-cita selain ingin berpegang teguh pada agama dan mengadakan perbaikan terhadap pemuda-pemudi muslim dan membimbing non-muslim kepada jalan Allah yang terpuji. Bagaimanakah orang-orang yang bingung berani menyerang orang-orang yang shalih ini? 
Syaikh Abdul Majid Az-Zindany mengatakan tentang mereka, "Mereka adalah penduduk langit yang berjalan di atas bumi." 
Betapa lancangnya hati yang berani memaki mereka dan menuduh mereka dengan hal-hal yang tidak ada pada diri mereka. 
Saya memperkirakan, tujuan jemaah ini sama dengan tujuan Pemerintah Saudi Arabia, yiaitu membuat perbaikan terhadap manusia di seluruh dunia, menyebarkan perasaan aman dan keamanan di seluruh pelosok negeri. Dari sudut manakah mereka dapat diserang? 
Setelah ceramah selesai waktu Isya', apabila Anda mengarahkan pandangan Anda ke kanan dan ke kiri, Anda akan melihat halaqah-halaqah ilmiah yang dapat Anda ikuti, mana saja yang Anda suka. Di halaqah mana saja Anda duduk, Anda pasti akan mendapat pelajaran. 
Apabila keadaan sudah sepi; saat menjelang tidur, Anda pasti melihat mereka tegak seperti tiang. Mereka mengerjakan shalat sebelum tidur. Pada akhir malam, Anda pasti mendengar suara mereka seperti suara sarang lebah karena menangis, merintih dan merengek-rengek kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa mereka dan dosa-dosa kaum muslimin, menyelamatkan mereka dan saudara-saudara sesama muslim dari neraka dan memberikan hidayah kepada seluruh manusia agar mampu menghidupkan sunnah Rasulullah s.a.w. 
Ringkasnya, sesungguhnya pertemuan ini sangat pantas dihadiri para ulama dan penuntut ilmu. Bahkan, oleh setiap muslim yang takut kepada Allah dan mengharapkan kebahagiaan di kampung akhirat. Semoga Allah memberi balasan yang baik kepada pelaksananya, meneguhkan mereka dan menjadikan (usaha) mereka bermanfaat untuk kaum muslimin. Sesungguhnya, Ia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa. 
Adapun yang menangani semuanya adalah para hafizh Al-Qur'an. Penumbuk gandum menumbuk dengan basmallah, tasbih, tahmid dan takbir. Pembakar roti bekerja dengan basmalah, tasbih, tahmid dan takbir. Kami telah menyaksikan dan mendengarkan mereka tanpa mereka sadari. Maha Suci Allah yang telah membuka pandangan mereka, memberikan taufiq kepada mereka untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar - yang dicita-citakan oleh setiap muslim. 
Pada hakikatnya Syaikh yang mulia, siapa saja menyertai mereka pasti akan menjadi da'i ilallah melalui latihan dan lamanya persahabatan. Alangkah baiknya seandainya saya mengenal mereka semenjak saya masih mahasiswa di Universitas dulu, pasti hari ini saya sudah menjadi 'allamah dalam da'wah dan seluruh ilmu. 
Demi Allah, inilah yang saya pertaruhkan kepada-Nya. Dan Ia Yang Maha Berkuasa pasti akan meminta pertanggungjawaban saya terhadap hal inipada hari ketika harta maupun keturunan tidak berguna dan tidak seorang pun yang dapat menolong orang lain. 
Alangkah baiknya seandainya para da'i di bawah lembaga Syaikh yang penuh berkah ini berpartisipasi dalam pertemuan ini dan keluar bersama Jamaah untuk belajar keikhlasan, sistem da'wah, akhlak para sahabat, tabi'in dan tabiit-tabi'in. Semoga Allah meridhai mereka semuanya. 
Sebagai penutup, saya berdoa kepada Allah agar menunjukkan bahwa yang haq adalah haq dan memberikan kekuatan kepada kita untuk mengikutinya. Semoga Ia mengilhamkan kepada kita kebaikan urusan kita; memberikan keikhlasan dan ketetapan kepada kita; melindungi kita dari keburukan diri, hawa nafsu, syaitan; menolong agama-Nya, meninggikan kalimah-Nya, memuliakan pemerintahan kita dengan Islam dan memuliakan Islam dengan pemerintahan kita. Sesungguhnya Dialah Pemilik dan Penguasa segala urusan. 
Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan ke atas Nabi kita, Muhammmad s.a.w, keluarganya dan sahabat-sahabatnya. 

Ditulis oleh ananda murid Syaikh Shalih bin Aly Asy-Syuwaiman.
Perwakilan Da'wah dan Bimbingan Islam di Unaizah.

Meninggalkan Anak Istri untuk Perjuangan Agama

Meninggalkan Anak Istri untuk Perjuangan Agama
Dari Ummu Sulaiman ra., bahwa Nabi SAW. berkata kepadanya, “Bersabarlah engkau! Demi Allah! Sejak tujuh hari ini keluarga Rasulullah SAW. tidak mempunyai sesuatu pun untuk di makan, dan sudah tiga hari api tidak di nyalakan di bawah panci mereka. Demi Allah! Seandainya aku meminta kepada Allah agar bukit-bukit Tihamah dijadikan emas, pastilah Allah akan mengabulkannya.”
Dengan riwayat-riwayat ini, apakah dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW. telah sengaja menzhalimi keluarganya, karena sibuk dalam berdakwah sehingga menyebabkan keluarga beliau sendiri kelaparan hingga berbulan-bulan? Naudzubillah min dzalik!
Anak dan istri berpisah sementara untuk kepentingan agama tidak hanya dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagian istri-istri nabi pun mengalaminya. Misalnya, Siti Hajar istri Ibrahim as. yang ditinggalkan sendirian hanya bersama bayinya di tengah gurun pasir gersang tanpa ada perbekalan yang mencukupi, semata-mata demi membantu tugas dakwah dan perjuangan agama suaminya.

“(Ibrahim berkata), Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan di dekat rumah-Mu yang dihormati.” (QS. Ibrahim 37)

Ibrahim as. tidak meninggalkan keluarganya untuk tiga hari, empat puluh hari atau empat puluh bulan, tetapi beliau telah meninggalkan keluarganya 13 tahun!
Dan ternyata, setelah diuji dengan harus meninggalkan anak dan istrinya selama bertahun-tahun, demi menunaikan tugas dakwah dan menyeru manusia kepada agama, justru lahir dari keturunan Ibrahim as., nabi-nabi dan rasul-rasul Allah. Apakah kita akan katakan bahwa Ibrahim as. adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya dan menyia-nyiakannya?
Bagitu juga istri Nabi Musa as. yang ditinggalkan oleh Musa as. sendirian di tengah hutan untuk berdakwah kepada Firaun.

Allah SWT berfirman, “Ketika ia (Musa as.) melihat api, lalu ia berkatalah kepada keluarganya, “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api. Semoga aku dapat membawa sedikit dengannya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk.” (QS. Thaahaa 10)
Pada ayat selanjutnya Musa as. diperintah, “Pergilah kepada Firaun sesungguhnya ia telah melampaui batas.”
Lalu apakah Nabi Musa as. juga di tuduh telah menzhalimi keluarganya dan menyia-nyiakannya, karena telah meninggalkan istrinya di tengah hutan belantara semata-mata karena ia telah diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun selama 40 hari ?
Selain para Anbiya, keluarga para sahabat ra. juga telah berbuat demikian, sebagaimana banyak tertulis di dalam kitab-kitab, salah satu misalnya, adalah kisah hijrahnya Abu Bakkar ra. ke Madinah.
Asma binti Abu Bakar ra. meriwayatkan, “Ketika Rasulullah saw. keluar untuk hijrah, Abu Bakar ra. pun ikut keluar berhijrah bersama beliau. Abu Bakar membawa seluruh hartanya sebanyak 5000 atau 6000 dirham. Dia pun pergi dengan membawa seluruhnya. Kemudian datanglah kakek kami; yaitu Abu Quhafah ra.. Ia berkata, “Demi Allah, Abu Bakar itu pasti telah menyusahkan kalian dengan harta dan dirinya.” Aku berkata, “Sama sekali tidak! Wahai kakek, sesungguhnya ia telah meninggalkan banyak harta.” Maka aku ambil kerikil-kerikil dan kuletakkan di tempat yang biasa ayahku menyimpan hartanya di lubang di rumahnya. Lalu kututup dengan kain, dan kutuntun tangan kakekku, dan berkata, “Ulurkan tanganmu ke sini, kek. “Dia berkata, “Kalau begini tidak masalah. Sungguh dia telah meninggalkan ini untuk kalian. Dia sudah berbuat baik.”
Umar bin Khattab ra. berkata, Rasulullah SAW. menyuruh kami bersedekah. Ini bertepatan dengan harta yang ada padaku. Aku berkata, “Jika suatu hari aku akan menang di atasnya.” Lalu aku datang dengan setengah hartaku, lalu Rasulullah SAW. bertanya, “Sepertiga.” Lalu datang Abu Bakar ra. membawa seluruh harta yang ada padanya. Maka Rasulullah SAW. bertanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk ahli keluargamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Berkata Umar, “Aku memang tidak akan menang di atas Abu Bakar sedikit pun selamanya.”
Apakah Abu Bakar ra. divonis oleh Nabi SAW.  sebagai suami dan ayah yang dzhalim kepada keluarganya, karena ia tidak meninggalkan apapun bagi keluarganya ketika berhijrah bersama Rasulullah SAW.? Bahkan justru Rasulullah SAW. Tidak mengingkari pengorbanan Abu Bakar As-Shiddiq ra. Yang menyerahkan seluruh hartanya karena beliau mengetahui kebenaran niatnya.
Tindakan Abu Bakar ra. Tidaklah menyalahi firman Allah Al-Baqarah, ayat; 219, (Allah SWT berfirman, “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,”) karena Allah mengakui pengorbanan yang dilakukan oleh seseorang demi agama dan umat.
Juga seperti sahabat Anas bin Malik ra. Ia memiliki anak yang sulit di hitung karena banyaknya. Ia pernah berkata, “Cucu-cucuku itu mempunyai hitungan tersendiri. Tetapi aku sendiri telah menguburkan 125 anak dari keturunanku. Selain itu, yang masih hidup pun banyak sekali.” Walaupun demikian banyak tanggung jawab keluarga, terhadap istri dan anak-anaknya, ia terkenal sebagai sahabat yang banyak meriwayatkan hadist dan sering menyertai jihad fisabilillah.
Demikian juga, Zubair bin Awwam ra. yang pada waktu mati syahidnya, ia meninggalkan sembilan orang anak laki-laki, sembilan anak perempuan, dan empat orang istri. Bahkan ada sebagian  dari cucunya yang lebih tua daripada anak-anaknya sendiri.
Meskipun demikian, ia merupakan salah seorang sahabat yang banyak meriwayatkan hadist. Ia juga ikut serta dalam banyak peperangan. Sekalipun mempunyai banyak tanggungan keluarga, namun anak-anak dan istrinya itu tidak menghalanginya dari kesibukan memperjuangkan agama Allah.
Di dalam kisah lain, diriwayatkan Saad bin Khaitsamah ra. bercerita, “Aku tertinggal dari rombongan Rasulullah SAW. Yang ke Tabuk. Aku pun kembali ke rumah. Di sana kudapati istriku sedang menyiram rumah dengan air (agar menjadi sejuk), maka kukatakan kepada istriku, “Sungguh tidak adil kalau aku masuk rumah dan beristirahat di tempat yang teduh, sedangkan pada saat ini Rasulullah SAW. Sedang berada di tempat yang sangat panas.” Maka segera kusiapkan kantong dan bekalku. Melihat hal itu, istriku berteriak, “Abu Khaitsamah! Hendak kemana engkau?” Kujawab, “Menyusul Nabi SAW. Ke Tabuk.” Setelah itu aku keluar, dan di tengah perjalanan, aku bertemu Umar bin Wahab, lalu aku berkata kepadanya, “Sungguh kamu ini seorang pemberani. Aku ingin tahu di mana Nabi SAW berada. Dan sungguh aku merasa berdosa. Karena itu berjalanlah di belakangku agar dapat kutemui Nabi SAW. empat mata.” Umar pun berjalan mengikuti dari belakang. Ketika aku mendekati pasukan itu, maka orang-orang melihatku dari jauh dan berkata, “Ada seseorang mengendarai kuda ke arah kita!” Rasulullah SAW. berkata, “Ya Rasulullah, celaka aku!” Kemudian kuceritakan kisah perjalananku, maka Rasulullah SAW. mendoakan kebaikan untukku.”
Abu Naufal bin Abi Aqrab menceritakan, “Ketika Harits bin Hisyam akan berangkat dari Makkah menuju ke Syam, maka seluruh penduduk Makkah sangat merisaukan kepergiannya. Semua orang kecuali anak-anak yang masih menyusui mengantar kepergiannya ke luar kota Makkah. Ketika sampai di bukit Bath-ha atau dekat tempat itu, maka dia berhenti, dan orang-orang merasa bersedih, maka dia berkata, “Wahai kaumku! Demi Allah, sesungguhnya aku pergi bukan karena lebih menyayangi diriku dari pada diri kalian, juga bukan karena aku lebih memilih kota lain dari pada kota kalian. Tetapi aku pergi karena memenuhi perintah agama untuk berjihad di jalan Allah, dan hingga saat ini telah banyak kaum Quraisy yang telah mendahului aku pergi padahal mereka bukan termasuk pemuka atau pun dari keluarga yang berkedudukan tinggi. Keadaan kita sekarang ini, demi Allah! Sesungguhnya kita mengorbankan emas di jalan Allah sebanyak gunung-gunung di kota Makkah, niscaya kita tidak akan melebihi pahala satu hari mereka di jalan Allah. Demi Allah! Seandainya mereka mendahului kita di dunia, maka sekurang-kurangnya kita dapat menyamai mereka di akhirat. Sebaiknya orang yang beramal merasa takut kepada Allah dengan amalnya.” Setelah itu diapun berangkat menuju ke Syam, dan dia juga membawa kerabatnya untuk ikut serta dan ia tetap tinggal di sana hingga mati syahid, sehingga Allah merahmatinya.”
Semua kisah di atas dengan tegas menunjukkan bahwa meninggalkan keluarga untuk sementara demi kepentingan agama. Namun penerapannya bagi kita perlu dilakukan dengan sebijak dan sehikmah mungkin, sehingga maksud untuk menyebarkan agama menjadi terwujud dengan baik

Jamaah Tabligh dan Ta’lim Masail

Jamaah Tabligh dan Talim Masail
Tidak benar jika ada tuduhan, bahwa Jamaah Tabligh tidak mempedulikan fiqih. Sama sekali tidak dinafikan kepentingan fiqih. Namun hal ini dikembalikan kepada bimbingan alim ulama masing-masing, yaitu dengan beberapa alasan, diantaranya adalah :
1. Rawannya perselisihan yang timbul karena pembahasan masalah Fiqih, dan tidak sedikit yang menjurus ke arah perpecahan.
2. Perluya seseorang faqih yang ahli dalam pembahasannya, karena tidak semua orang dapat menyampaikannya. Apabila sembarang orang, niscaya dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan.
3. Perbedaan sisi pemahaman masing-masing yang masih perlu dikemas sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan perpecahan.
Atas pertimbangan tersebut, maka langkah Jamaah Tabligh adalah menghidupkan semangat pengalaman agama melalui talim fadhail, dan menghidupkan gairah masail fiqih melalui talim infiradi (individu).
Talim fadhail ibarat pembuka untuk menumbuhkan semangat iman. Setelah iman tumbuh dengan baik, maka akan mengantarkan dirinya kepada kepedulian terhadap fiqih. Sebagaimana yang terjadi pada masa sahabat ra..
Ibnu Umar ra. Meriwayatkan, “Kami hidup beberapa tahun, dan sesungguhnya seseorang dari kami dikaruniai iman sebelum Al Quran. Dan ketika turun Al Quran kepada Muhammad SAW, maka ia mempelajari halalnya dan haramnya, dan ia tidak diperkenankan untuk berhenti di situ dari mempelajarinya sebagaimana kalian mempelajari Al Quran. Kemudian aku saksikan orang-orang yang dikarunia Al Quran sebelum keimanan; ia membaca dari surat Fatihah hingga penutupnya, tetapi ia tidak mengetahui apa perintahnya dan apa larangannya, dan ia tidak diperkenankan berhenti di situ dari mempelajarinya dan menyebarkannya seperti menyebarkan kurma.
Jundub bin Abdullah ra. berkata, “kami bersama Nabi saw. dan pada saat itu kami adalah pemuda-pemuda yang hampir baligh. Maka kami mempelajari iman sebelum kami mempelajari Al Quran. Kemudian barulah kami mempelajari Alquran, sehingga meningkatlah iman kami dengannya.”
Ali ra. Berkata, “Apabila ada suatu surat yang turun pada masa Rasulullah SAW. ataupun satu ayat atau lebih, maka keimanan dan kekhusyuan  kaum muslimin bertambah.”
Dari Abi Abdurrahman, disampaikan kepada kami orang yang membacakan kepada kami diantara sahabat ra., bahwa mereka dibacakan dari Rasulullah SAW. sepuluh ayat. Dan mereka tidak mempelajari dulu sepuluh ayat berikutnya, sehingga mereka mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat itu ilmunya dan amalannya. Maka kami mempelajari ilmu dan amal sekaligus.”
Dalam riwayat lain ada tambahan,”…maka kami mempelajari Alquran dan amalan bersamaan. Sesungguhnya akan diwariskan Al Quran ini setelah kami, suatu kaum yang mempelajarinya seperti minum air yang tidak melewati tulang leher, bahkan  tidak melewati di sini.”
Dan ia menunjukkan jarinya ke tenggorokannya.
Dengan metode talim tersebut, Jamaah Tabligh telah menghasilkan orang-orang yang bersemangat mengamalkan agama, sekaligus memahami masalah hukum dan fiqihnya, serta bertanggung jawab untuk menyebarkan dan menyampaikannya kepada yang lainnya.

Jamaah Tabligh Anti Ilmu Dan Ulama ??

Jamaah Tabligh Anti Ilmu Dan Ulama?
Tuduhan seperti ini sangat bertolak belakang dengan kenyataan jamaah tabligh yang sebenarnya. Sebab ilmu termasuk dalam rangkaian enam sifat yang menjadi kurikulum inti pembinaan jamaah tabligh. Di dalam enam sifat tersebut, ilmu adalah materi yang ketiga. Dan seluruh kurikulum enam sifat tersebut, senantiasa diulangulang dan di usahakan untuk diterapkan ke dalam kehidupan seharihari.
Bukankah di dalam program jamaah tabligh terdapat program majelis ilmu (4 jam untuk taklim), yang dibaca setiap hari ketika mereka sedang khuruj ataupun ketika mereka sedang ditempatan mesjid sendiri selama 30 menit di rumah mereka masingmasing 30 menit.
Sesungguhnya di kalangan Jamaah Tabligh, tidak sedikit alim ulama yang ikut bergerak di dalamnya. Jika dihitung jumlahnya, memang masih jauh dari jumlah orangorang awamnya. Namun dari keberadaan mereka sudah cukup untuk menjadi pengendali usaha dakwah ini disetiap daerah.
Para Masyaikh Tabligh sendiri adalah para ulama yang sangat diakui keulamaannya. Tidak hanya dalam bidang keilmuan saja, bahkan hampir setiap mereka adalah tokoh dalam empat hal;
  1. Dalam bidang dakwah, mereka adalah para ulama sekaligus dai dai yang tidak diragukan lagi perjuangan dan pengorbanan mereka dalam mendakwahi umat.
  2. Dalam bidang keilmuan, mereka adalah para ustadz, yang disela sela kesibukkan dakwahnya, mereka tetap meluangkan waktu untuk mengajar di pesantren mereka. Seperti para Masyaikh India, sebagian besar mereka adalah para pengajar di Pesantren Kasyiful Ulum Nizhamuddin Delhi, ataupun di Darul Ulum Saharanpur.
  3. Dalam bidang tarekat, mereka adalah ahli ahli tashawwuf, yang disela sela kesibukkan mereka berdakwah dan mengajar, mereka masih menyempatkan diri untuk tenggelam dalam dzikir dan taqarrub demi pemeliharaan dan penigkatan kekuatan ruhaniyah mereka.
  4. Dalam bidang tulisan, mereka adalah para pengarang dan penyusun kitab kitab besar. Walaupun sudah tersita waktu mereka untuk dakwah, mengajar, dan berdzikir, mereka masih dapat meluangkan waktu untuk menulis berabagai disiplin ilmu agama. Diantara karyakarya besar mereka adalah; Amaniyal Ahbar yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Yusuf Kandhalawi. Kitab ini adalah kitab fiqih bermadzhab Hanafi, empat jilid besar, berjumlah 1456 halaman. Beliau juga menulis kitab kitab hadits yaitu; Hayatus Sahabah dan Muntakhab Ahadits. Sedangkan Syaikh Inamul Hasan telah menulis kitab Abwabu Muntakhabah min Misykatil Mashabih, yaitu kitab hadits sebanyak dua jilid. Dan Syaikhul Hadits Muhammad Zakariyya juga telah menulis berbagai kitab yang sudah kita kenal kamasyuhurannya.
Dan masih banyak lagi tokohtokoh ulama jamaah Tabligh yang lainnya. Hampir rata rata mereka adalah dai, Ustadz, ahli dzikir, dan penulis buku. Setidaknya, kebanyakan mereka adalah lulusan pondok pesantren ataupun jamiah jamiah Islamiyah di negara mereka masing masing, sebagian mereka bahkan melanjutkannya ke jenjang mufti, Darul hadits dan sebagainya.
Alhamdulillah, dewasa ini perkembangan Jamaah Dakwah dan Tabligh nampak meningkat dengan pesat. Peranan daidai ulama mulai terasa di setiap markas. Sebagian mereka bahkan menggerakkan santrisantrinya untuk terjun dalam usaha dakwah ini secara rutin, tanpa mengganggu kegiatan mengaji mereka.
Dan selanjutnya, yang sungguh menggembirakan adalah dikirimnya jamaahjamaah ulama fisabilillah di berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Pengorbanan mereka melebihi orangorang awam pada umumnya. Diantaranya adalah para lulusan Al Azhar mesir yang sudah banyak terlibat dengan usaha dakwah dan Tabligh ini. Juga dari Darul Ulum Deuwsbery Inggris, yang ratusan jamaah ulama dikirim khuruj fi sabilillah ke berbagai tempat setiap tahun untuk khuruj fi sabilillah ke berbagai belahan dunia. Dan masih banyak lagi kebangkitan kebangkitan alim ulama dalam jamaah tabligh.
Setelah kepulangan para ulama tersebut dari khuruj fi sabilillah, maka masyarakat umum di kampungkampung pun dapat merasakan manfaat dan faedah mereka. Semangat orangorang awam kepada agama mulai bangkit, sehingga selain banyaknya orangorang tua yang bertaubat, anakanak mereka pun mulai berminat untuk mendalami ilmuilmu agama dengan belajar di pondokpondok pesantren, sehingga generasi beragama mulai banyak bermunculan.
Selain itu, juga telah muncul kesediaan Madrasahmadrasah dan pondokpondok pesantren untuk dijadikan tempat empat pertemuan dan ijtima secara rutin. Baik untuk wilayah desa, kecamatan, provinsi, dan tingkat nasional.
Cukup banyak dari kalangan alim ulama jamaah tabligh yang telah menegaskan mengenai kepentingan ilmu dan ulama dalam nasehatnasehat mereka ataupun berbagai kitab mereka. Misalnya, Syaikh Inamul hasan telah menulisnya di dalam kitab Abwabu Muntakhobah, Syaikh Muhammad Yusuf juga telah menulis bab ilmu di dalam Hayatus Sahabah dan Muntakhab Ahadits, juga kitab kitab lainya.
Di dalam kiatabkitab tersebut, para ulama tabligh telah menuliskan bab khusus mengenai ilmu dan ulama. Mereka mengumpulkan dalildalil yang berkenaan dengan kepentingan ilmu dan ulama, kemudian menjelaskannya sebagai bekal untuk diamalkan dan disebarkan oleh daidai  jamaah Tabligh.
Sebagai missal, mari kita simak bagaimanakah Syaikh Yusuf Al Kandhalawi menulis tentang kepentingan ilmu di dalam kitabnya; Munthakab Ahadits.
Ayat Al-Quran tentang Ilmu
Allah SWT berfirman : Allah sudah menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab dan Hikmah  dan mengajarkan kepadamu apa yang tidak kauketahui  sebelumnya. Dan karunia Allah kepadamu besar sekali. (QS. An-Nisa 113)
Hadits Nabawi Tentang Ilmu
Usman Ibnu Affan r.a. meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda :  Yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al Quran  dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
Abu Said Al-Khudri r.a. meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda : Seorang yang beriman, tidak pernah akan merasa puas dengan mendengar dan menerima pengetahuan yang bermanfaat (ia akan terus mau belajar), sehingga ia mati dan masuk sorga. (HR. Tirmidzi)
Selamanya jamaah tabligh tidak mungkin bersikap anti terhadap ilmu agama. Yang ada hanyalah keterbatasan waktu dan kemampuan untuk mempelajari ilmuilmu agama secara khusus. Memang diakui, bahwa sebagian dari jamaah dakwah dan tabligh ini kurang berbekal ilmu, disebabkan latar belakang mereka sebelumnya yang awam dan tidak mempedulikan agama, bahkan ada sebagian mereka yang benarbenar memusuhi agama.
Dan masalah kedua adalah sangat terbatasnya jumlah ahliahli ilmu yang mau berkorban mendatangi orangorang awam ataupun mengiringi jamaahjamaah dakwah yang sedang bergerak untuk mengajarkan agama kepada mereka.
Kerisauan mengenai hal ini, seringkali diungkapkan oleh Syiakh Muhammad Ilyas dan para musyaikh tabligh lainya. Diantaranya, syaikh Ilyas, berkata, “di dalam kerja Tabligh ini, ilmu dan dzikir mempunyai peranan dan perhatian yang sangat besar. Tanpa ilmu, tidak akan mudah untuk beramal, dan tidak akan mengenal amalan. Dan tanpa dzikir, ilmu akan menjadi kegelapan. Tidak akan dijumpai di dalamnya nur. Namun sayangnya hal ini terasa kurang dalam ahliahli dakwah.”
Beliau juga berkata, “Bagiku ilmu dan dzikir seandainya kurang dalam usaha ini adalah satu hambatan. Dan kekurangan ilmu dan dzikir ini adalah disebabkan kurangnya ahliahli ilmu dan ahliahli dzikir yang turut dalam usaha dakwah ini. Seandainya beliaubeliau para ahli ilmu dan dzikir menyingsingkan lengan mereka untuk kerja ini, maka akan menyempurnakan kerja ini.”
Untuk saat ini, ilmu masih terpenjara dala dua tempat; kitab kitab agama dan para hati para ulama. Ilmu masih belum tersebar ke tengah masyarakat umum. Hal ini perlu diperbaiki secara bersama sama.
Ada ungkapan syaikh Ilyas yang mahsyur, bahwa; “ilmu dan dzikir bagi gerakanku ini laksana dua pergelangan tangan. Seperti dua buah sayap. Seandainya satu sayap terlepas, maka burung tentu akan sulit terbang. “beliau juga berkata, “ilmu tanpa dzikir adalah kegelapan dan dzikir tanpa ilmu adalah pintu bagi banyak fitnah.”
Beliau juga berkata, “segala tindak tanduk dan amal perbuatan serta kesungguhan dan pengorbanan kalian akan menjadi rusak apabila kalian tidak ambil perhatian terhadap ilmu agama dan dzikrullah. Bahkan kalian dalam keadaan bahaya yang sangat besar serta besar kemungkinan jika kalian lalaikan kedua hal tadi, maka usaha dan perjuangan kalian akan menjadi pintupintu baru bagi fitnah dan kesesatan. Usaha dan perjuangan kalian tidak akan menjadi pintu bagi terbukanya agama. Seandainya ilu tidak dipelajari, maka islam dan iman sekedar adap istiadat saja. Dan seandainya ilmu ada namun tidak disertai dengan dzikrullah maka semua akan mejadi kegelapan.
Oleh karena itu, dalam hal ini jangan sekalikali melalaikan kepentingan ilmu agama dan dzkir kepada Allah. Sebaliknya selalulah memberikan perhatian khusus terhadap keduanya. Jika tidak, maka usaha tabligh yang anda lakukan ini, sekedar gerakan saja dan Allah akn menunjukkan kerugian yang sangat besar kepada kalian.”
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para masyaikh Tabligh. Mereka menghendaki agar jamaahjamaah yang dikirim dan jamaah itu hanya berisikan orangorang awam, hendaknya mereka khuruj disertai setidaktidaknya oleh orang alim dan seorang Hafizul Quran. Dan dikehendaki juga para ulama agar bersedia meluangkan waktunya untuk mendatangi masyarakat awam. Sebaliknya, dari masyarakat awam dikehendaki agar mereka mendatangi alim ulama untuk mengambil manfaat dari ilmu mereka.
Untuk mengatasinya, para masyaikh Tabligh sangat menekankan kepentingan ilmu dan mendorong setiap mereka agar belajar ilmu dan mendekati alim ulama. Syaikh Muhammad Ilyas berkata, “kami datang ke suatu tempat, lalu usaha sungguhsungguh di sana, menjadikan mereka ahli agama, mentawajuhkan orang yang lalai, menghidupkan agama di ahli tempatan dan bagaimana agar orang orang awam mereka meu ishlah diri mereka dengan mendatangi para ulama dan sholihin. Asal kerja di setiap tempat adalah menjadikan mereka karkun lalu faedah yang terbesar bagi orang awam adalah bila dapat menghubungkan mereka dengan para ahli agama di tempat mereka sendiri. Yang jelas cara kami ini diajarkan kepada setiap orang dimana mereka mau ikut dalm cara talim, menjadikan dirinya berfaedah, dan mengambil faedah dari yang lain. Dan atas hal ini banyak keterbatasan yang ada pada kami.”
Syaikh Abul Hasan Ali An Nadwi menulis di dalam Sawanih Yusufi; “Salah satu usaha dalam dakwah ini adalah menjadikan dakwah sebagai cara untuk mendatangkan orang awam kepada ulama, dan mewujudkan kerisauan ulama pada diri orang awam. Dan orang awam dapat memahami derajat ketinggian ulama, sehingga orang awam senantiasa mengambil manfaat dari para ulama. Sesuai dengan aturan dan penegasan atas hal ini, dianjurkan agar senantiasa berkhidmat kepada alim ulama.”
Dan semua itu, tentu tidak mungkin dilakukan oleh orangorang yang membenci ilmu dan ulama. Bagaimana mungkin?

India, Negeri Yang Unik

India, Negeri Yang Unik

1. SAAT NABI ADAM AS. DI USIR DARI SURGA, MAKA ALLAH SWT TELAH TURUNKAN BELIAU DI BUMI INDIA :
Dari Qatadah ra, beliau berkata bahwa Allah swt meletakkan Baitullah (di bumi) bersama Nabi Adam as. Allah swt telah menurunkan Nabi Adam as di bumi dan tempat di turunkannya adalah di tanah INDIA. Dan dalam keadaan kepalanya di langit dan kedua kakinya di bumi, lalu para malaikat sangat memuliakan Nabi Adam as, kemudian Nabi Adam as pelan-pelan berkuranglah tinggi beliau. (H.R. Musonif Abdur Razaq).
 
Dari Ibnu Abbas r.huma. telah berkata : “Sesungguhnya tempat pertama dimana Allah swt turunkan Nabi Adam as di bumi adalah di INDIA”. (H.R.Hakim)
 
2.INDIA ADALAH NEGERI YANG WANGI
Dari Ali ra. Telah berkata : “Bumi yang paling wangi adalah tanah INDIA, di sanalah Nabi Adam as. Diturunkan dan pohonnya tercipta dari wangi surga”. (Kanzul Ummal).
 
Dari Ibnu Abbas r.anhum. telah meriwayatkan Ali Bin Abi Thalib ra. Telah berkata : “Di bumi tanah yang paling wangi adalah tanah INDIA (karena) Nabi Adam as. telah diturunkan di INDIA, maka pohon – pohon dari INDIA telah melekat wangi-wangian dari surga.” (H.R.Hakim)
 
3.BANJIR BESAR YANG TERJADI DI ZAMAN NABI NUH AS. BERASAL DARI INDIA
Dari Ibnu Abbas r.hum telah berkata bahwa Jarak antara Nabi Nuh as dengan hancurnya kaumnya adalah 300 tahun. Dari tungku api (tannur) di INDIA telah keluar air dan kapalnya Nabi Nuh as. Berminggu-minggu mengelilingi Ka’bah. (H.R.Hakim)
 
4.HUBUNGAN DIPLOMATIK RAJA-RAJA INDIA DENGAN RASULULLAH SAW SANGAT BAIK.
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. mengatakan bhwa seorang raja dari INDIA telah mengirimkan kepada Nabi saw. sebuah tembikar yang berisi jahe. Lalu Nabi saw. memberi makan kepada sahabat – sahabatnya sepotong demi sepotong dan Nabi saw pun memberikan saya sepotong makanan dari dalam tembikat itu. (H.R.Hakim)
 
5.FADHILAH KAYU INDIA YANG DISEBUT LANGSUNG DARI LISAN RASULULLAH SAW.
Dari Jabir ra. berkata bahwa suatu ketika bersama Ummul Mukminin ‘Aisyah r.ha ada seorang bayi yang dari hidungnya keluar darah (mimisan). Maka tiba-tiba Rasulullah saw. masuk lalu bersabda : ”Apa yang terjadi pada bayi ini?”. Aisyah ra. berkata bahwa dia terkena penyakit udzroh (sakit panas pada kerongkongan).
 
Rasulullah saw. lalubersabda : “Wahai seluruh wanita jangan bunuh anak – anak kalian!! Dan siapa saja wanita yang terkena sakit udzroh dan terkena sakit kepala, maka gunakanlah kayu aud dari INDIA untuk obat.
 
Jabir ra. berkata bahwa Rasulullah saw lalu menyuruh Aisyah r.ha. untuk melaksanakannya, maka Aisyah r.ha pun melaksanakannya (mengobati anak yang sakit itu dengan kayu aud),maka bayi itupun telah sembuh. (H.R.Hakim)
 
Keterangan : Qosth Hind adalah nama sejenis kayu aud yang hanya ada di INDIA.
 
6.PEPERANGAN DI INDIA YANG TELAH DIJANJIKAN OLEH RASULULLAH SAW.
Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Nabi saw. telah menjanjikan kepada kami tentang perang yang akan terjadi di INDIA. Jika saya menemui peperangan itu maka saya akan korbankan diri dan harta saya. Apabila saya terbunuh, maka saya akan menjadi salah satu syuhada yang paling baik dan jika saya kembali (dengan selamat) maka saya (Abu HUrairah ra.) adalah orang yang terbebas (dari neraka). (H.R. An Nasai)
 
7.INDIA ADALAH LEMBAH TERBAIK DI DUNIA.
Dari Ali Ra. berkata bahwa dua lembah yang paling baik dikalangan manusia adalah lembah yanga da di MEKKAH dan lembah yang ada di INDIA ,dimana Nabi Adam as. diturunkan. Didalam lembah itu ada satu bau yang wangi, yang darinya bisa membuat kamu jadi wangi.
 
Dan dua lembah yang paling buruk dikalangan manusia adalah lembah Ahqaf dan lembah yang ada di Hadramaut bernama Barhut. Dan sumur yang paling baik adalah sumur Zam Zam dan sumur yang paling buruk diantara manusia adalah sumur Balhut. Dan Balhut adalah (nama) seseorang ysng tinggal di Barhut, sedang Barhut adalah tempat akan dikumpulkannya arwah orang-orang kafir. (H.R. Musonif Abdu Razaq)
 
8.TEMPAT TINGGAL NABI ADAM AS. ADALAH DI INDIA
Dari Ibnu Abbas ra. meriyawatkan dari Nabi saw telah bersabda bahwa Sesungguhnya Nabi Adam as. telah pergi haji dari INDIA ke Baitullah sebanyak seribu kali dengan berjalan kaki tanpa pernah naik kendaraan walau sekalipun.(H.R.Thabrani)
 
9.SAHABAT NABI SAW. PUN INGIN KHURUJ KE INDIA, KENAPA KITA TIDAK ?
Dari Ubay bin Ka’ab ra. mengatakan: “Saya berkeinginan untuk keluar di jalan Allah ke INDIA”. Ubay bin Ka’ab ra. bertanya kepada Hasan ra.: “Berilah saya nasehat!”. Hasan ra. berkata : “Muliakanlah perinta Allah dimanapun kamu berada maka Allah akan memuliakan kamu”. (H.R. Baihaqi fii Syu’bul iman)
 
10.BATU HAJAR ASWAD DITURUNKAN DARI SURGA KE INDIA.
127. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".
128. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah Taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.( S. Al Baqarah : 127 – 128)]
 
Ibnu Katsir mengatakan (dalam menafsirkan S. Al Baqarah : 127 – 128) : Nabi Ibrahim as. telah berkata :”saya harus meninggikan dasar-dasar baitulah.” Nabi Ismail as pun pergi untuk mencari batu buat diletakkan di Baitullah. Lalu Nabi Ismail as. segera datang kepada Nabi Ibrahim as. dengan membawa sebuah batu, tapi Nabi Ibrahim as. tidak menyukai batu tersebut dan menyuruhnya mencari batu yang lebih baik. Maka Nabi Ismail as pun kembali pergi untuk mencari batu untuknya.
Dan datanglah Jibril as. membawa batu Hajar Aswad dari INDIA yang berwarna sangat putih sekali terbuat dari Batu Yakut Putih persis pohon staghomah (pohon yang daun dan buahnya berwarna putih). Dan Nabi Adam as itu diturunkan bersama-sama dengan Batu Hajar Aswad dari surga . Kemudian (pelan-pelan) Batu Hajar Aswad pun menjadi hitam disebabkan oleh dosa-dosa manusia.
 
Ketika Nabi Ismail as. datang membawa sebuah batu kepada Nabi Ibrahim as. tiba-tiba dia melihat Batu Hajar Aswad sudah ada di Rukun Yamani. (Dengan heran) Nabi Ismail as. bertanya : “Wahai Bapakku siapakah yang membawanya?”. Nabi Ibrahim as. menjawab : “Yang membawanya adalah seseorang yang lebih cekatan kerjanya dari kamu.” Kemudian mereka berdua membangun Kabbah sambil berdoa dengan kalimat - kalimat yang mana Allah swt. telah uji Nabi Ibrahim as.(Tafsir Ibnu Katsir)
 
11.PERISTIWA QOBIL DAN HABIL TERJADI DI INDIA.
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.(S. Al Maidah : 31)
 
Dari Tafsir Baghwi ( dalam menafsirkan surat Al Maidah : 31) mengatakan:
Dari Muqatil bin Sulaiman ra. telah meriyawatkan dari dhihak, dari Ibnu Abbas r.hum. berkata bahwa Ketika Qobil telah membunuh Habil, Nabi Adam as. berada di Mekkah. Maka tiba – tiba keluar duri dari pohon-pohon serta berubah rasanya, dan buah – buahan menjadi masam, dan air menjadi pahit rasanya. Nabi Adam as. lalu berkata bahwa telah terjadi sesuatu di bumi, kemudian beliau as. datang ke INDIA, ternyata Qobil telah membunuh Habil.
 
Nabi Adam as. pun mengucapkan syair dan dialah orang yang pertamakali bersyair. Bunyi syairnya :
 
Telah berubah kota – kota dan apa saja yang ada di atasnya
maka permukaan bumi menjadi berdebu yang kotor
semua zat yang berwrna dan yang mempunyai rasa telah berubah (warna & rasanya)
dan keceriaan wajah yang indah menjadi berkurang…
 
Keterangan : maka dapat diketahui bahwa Qabil membunuh Habil di tanah INDIA. Jadi kematian yang pertama kali terjadi adalah di INDIA….
 
13. BERJIHAD DI INDIA
Dari Sauban r.a dari Rasulullah saw beliau bersabda: “Dua gulongan dari ummatku yang diselamatkan Allah dari Neraka. Iaitu gulongan yang berperang di India dan gulongan yang berkumpul bersama Isa a.s.” (Riwayat Nasai dan Ahmad)
 
Hadis ini saya ambil dari buku ‘Nuzuulu Isa Ibn maryama Aakhiraz Zaman’. Karangan Imam As-Sauyuthi. Lengkap hadisnya sebagaimana yang dikeluarkan oleh Allamah Ali Al-Qari di dalam kitab Al-Marqaah 5:658 di dalam sebuah hadis yang panjang dari Ali Zainul Abidin bin Husain r.a bahawa Rasulullah saw dalam sabdanya berkata: “bergembiralah ! bergembiralah ! Sesungguhnya perumpamaan ummatku seperti hujan, tiada diketahui yang mana satu lebih baik, yang mulanya atau yang penghabisannya, atau seperti sebuah kebun yang luas , yang dapat memberi makan kepada segulongan manusia buat setahun. Kemudiannya kepada gulongan yang lain buat setahun . Moga-moga gulongan yang terakhir itulah yang akan memperolehi bahagian yang paling banyak, yang paling baik dan yang paling bagus dari kebun itu.Bagaimana boleh binasa sesuatu ummat sedangkan aku yang menjadi pangkalnya , Al-Mahdi pula menjadi pertengahannya dan( Isa ) Al –Masih menjadi penghujungnya. Namun di dalam antara masa-masa itu memang ada masa-masa yang ‘bengkok’. Mereka yang terlibat di dalamnya tidak tergulong sebagai ummatku. Dan aku pun tidak tergulong dari mereka”
 
Sedikit Huraian
 
Bila kita lihat terjemahan hadis di atas Syeikh Ahmad Semait , Mufti Singapura menterjemahkan perkataan ‘Jihad’ dengan ‘ berperang’. Namun ulama terkenal Indonesia , H.Salim Bahreisy mengekalkan terjemahannya dengan ‘berjihad’ yang boleh difahami dengan ‘perang’ dan juga ‘dakwah’. Jika dikekalkan ‘Jihad’ dengan perkataan ‘berperang’ sekali pun pasti dan pasti kaedah berperang yang akan dilaksanakan ketika itu adalah mengikut tertib Nabi saw. Iaitu di dahului dengan ‘Dakwah’ (sebagaimana yang pernah kita terangkan di sini ), jika sekiranya ‘dakwah’ tidak diterima maka ‘Jizyah’ perlu dijelaskan. Dan jika ‘jizyah’ tidak diterima maka barulah akan berlaku ‘ Perang’ (Qital ). Maka masih ‘dakwah’ mengambil tempat yang utama.
 
Sebaliknya jika kita mengunapakai terjemahan ‘berjihad’ dengan diistilahkan sebagai ‘berdakwah’. Maka lengkap hadis itu mungkin begini bunyinya :
 
Dari Sauban r.a dari Rasulullah saw beliau bersabda : “Dua gulongan ummatku yang diselamatkan oleh Allah dari Neraka, Iaitu gulongan yang ber’Dakwah’ di India dan gulongan yang bersama Isa a.s” (Riwayat Nasai dan Ahmad)
 
Targhib
 
Jadi jika jemaah Tabligh membuat ‘tasykil’ (mengajak) berdakwah ke India ,Pakistan dan Bangladesh, maka jangan lansung kita mengatakan tidak berkait dengan hadis atau pun mengatakan taksub dengan India kerana masih ianya bersabit dari hadis Nabi saw. Perlu diingatkan bahawa asal ketiga-tiga negara itu ( India, Pakistan dan Bangladesh ) adalah ‘Benua India’ atau ‘Hind’. Hanya selepas dijajah oleh British barulah dipecahkan menjadi tiga negara
 

Sumber : dari Buku : ADA APA KE INDIA ?  Ust. Yudha Hidayah

Keluar 3 hari

Allah SWT berfirman : Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia SELAMA TIGA HARI, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (QS. Ali 'Imran 41)
Setelah Zakaria mendengar jawaban itu dari malaikat Jibril maka dia berkata: "Tuhanku berilah aku sesuatu tanda bahwa istriku akan hamil". Menurut Hasan Al-Basri, Nabi Zakaria bertanya demikian itu adalah untuk segera memperoleh kegembiraan hatinya atau untuk menyambut nikmat dengan syakur, tanpa menunggu sampai anak itu lahir.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa tanda istrinya mengandung itu ialah, bahwa dia sendiri tidak dapat berbicara dengan orang lain selama tiga hari. Selama tiga hari itu dia hanya dapat mempergunakan isyarat dengan tangan, kepala dan lain-lainnya. Dan beliau tidak lalai dari berzikir dan bertasbih kepada Allah. Dan Allah menjadikan Zakaria tidak bisa berbicara selama tiga hari itu adalah, agar seluruh waktunya digunakan untuk zikir dan bertasbih kepada-Nya, sebagai pernyataan syukur yang hakiki.
Menurut Al Qurtubi, sebagian mufassirin mengatakan bahwa tiga hari Zakaria menjadi bisu itu adalah sebagai hukuman Allah terhadapnya, karena dia meminta pertanda kepada Malaikat sehabis percakapan mereka.
Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Zakaria agar tetap ingat kepada Allah dan berzikir sebanyak-banyaknya pada waktu pagi dan petang hari, sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Menurut Jalalain, (Maka katanya, "Wahai Tuhanku! Berilah aku suatu ciri.") atau tanda bahwa istriku telah hamil. (Firman-Nya, "Tandanya ialah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia) artinya terhalang untuk bercakap-cakap dengan mereka tetapi tidak terhalang untuk berzikir kepada Allah swt. (selama tiga hari) dan tiga malam (kecuali dengan isyarat) atau kode (dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah) maksudnya salatlah (di waktu petang dan pagi.") di penghujung siang dan di akhir malam.
Menurut Ibnu Katsir, Allah memerintahkan kepada Zakariya agar banyak berzikir, bertakbir dan membaca tasbih selama masa tersebut (tiga hari). 
Para mufassirin berkata tanda diterimanya doa Zakariya ialah dia tidak boleh bercakap selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Pada masa itu Allah SWT telah memerintahkan Zakariya supaya berzikir sebanyak-banyaknya dan meninggalkan perkataan-perkataan dunia untuk menambah penghampirannya kepada Allah SWT.
Daripada ayat ini para ulama berpendapat bahwa sekiranya manusia dapat mengasingkan diri keluar dijalan Allah selama tiga hari dengan membersihkan diri dari fakir dunia. Meninggalkan percakapan dunia dan menyibukkan diri dengan amalan dakwah, beribadah, belajar dan mengajar dan duduk dalam suasana agama sudah pasti akan memberi kesan didalam hati sanubari seseorang itu. Cinta pada agama akan datang. Manusia akan membersihkan diri daripada dosa. Bertaubat dan lebih hampir kepada Allah SWT.

Didalam Sahih Bukhari jilid kedua bab Maghazi dinukilkan bahwa seorang lelaki bernama Sumamah bin Ausal dari banu Hanafiah telah ditawan dan diikat didalam masjid Nabi. Selama 3 hari beliau telah melihat amalan orang Islam yang sibuk dengan amalan dakwah, belajar dan mengajar, beribadat dan berkhidmat diantara satu sama lain. Hari yang pertama beliau tidak mau menerima Islam. Begitu juga pada hari yang kedua. Pada hari yang ketiga baginda Rasulullah SAW telah membebaskannya. Setelah dibebaskan dari tawanan beliau merasakan sesuatu didalam hatinya, lantas beliau mandi dan datang kembali ke masjid Nabi, bertemu dengan baginda Rasulullah SAW dan terus memeluk agama Islam. Betapa besarnya perubahan pada diri Sumamah yang amat berkesan dengan amalan masjid pada ketika itu. Dalam masa tiga hari menjadi sumber hidayah kepadanya.

Rasulullah SAW. Mengutus Abdurrahman bin Auf ke Dumah al Jandal Untuk Berdakwah

Diriwayatkan oleh Daraquthni dan Ibnu Umar ra, katanya: Rasulullah saw. memanggil Abdur Rahman bin Auf dan bersabda kepadanya, “Bersiap-siaplah karena aku akan mengutusmu bersama satu sariyah.”
Kemudian Ibnu Umar menceritakan hadits tersebut selengkapnya, di dalamnya dinyatakan: Kemudian Abdur Rahman pun keluar sampai menyusul sahabat-sahabatnya dan berjalan bersama mereka hingga tiba di Dumah al Jandal sebuah negeri yang terletak di antara Syam dan Madinah, dekat dengan gunung Thai. Ketika beliau memasuki negeri itu, SELAMA TIGA HARI beliau menyeru mereka kepada Islam. Pada hari yang ketiga, seorang bernama Asbagh bin Amr al Kalbi masuk agama Islam. Sebelum memeluk islam ia adalah seorang Nasrani dan ketua bagi kaumnya. Abdur Rahman Auf ra. menulis surat kepada Rasulullah SAW. yang dibawa oleh seorang laki-laki dan Juhainah bernama Rafi bin Makits dan memberi tahu beliau hal tersebut. Maka Nabi SAW. pun membalas suratnya dan memberi tahu Abdur Rahman bin Auf ra. supaya menikahi anak gadis al Asbagh. Lalu Abdur Rahman menikahi putrinya yang bernama Tumadhir, dan sesudah itu Tumadhir melahirkan seorang anak lelaki untuk Abdur Rahman bin Auf ra. Yang bernama Abu Salamah bin Abdur Rahman. Riwayat ini tertulis dalam kitab al Ishaabah (1/108).

Rasulullah SAW Mengutus Khalid bin Walid Ke Najran
Dinukilkan oleh lbnu Ishaq bahwa Rasulullah saw. mengutus Khalid bin Walid ra. kepada Bani Harits bin Kab di Najran (pada bulan Rabiul Akhir atau Jumadil Ula 10 H.) dan memerintahkannya supaya menyeru mereka kepada agama Islam SELAMA TIGA HARI, sebelum memerangi mereka. Jika mereka menerima seruan itu, maka terimalah mereka. Jika tidak, perangilah mereka. Maka Khalid pergi hingga ke Najran. Khalid ra. mengutus pasukan berkuda untuk pergi ke setiap tempat dan menyampaikan dakwah Islam. Adapun seruan mereka adalah: “Wahai sekalian manusia, masuklah kalian ke dalam Islam, niscaya kalian akan selamat.”
Maka mereka pun memeluk agama Islam. Khalid ra. tinggal untuk sementara waktu bersama mereka, mengajari mereka mengenai Islam dan kitab Allah serta sunnah Nabi-Nya sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, jika mereka mau menerima Islam dan tidak memerangi.
Riwayat ini tertulis dalam kitab Hayatus Shahabah (1/128).

Surat Umar ra. Kepada Saad Supaya Mendakwahkan Manusia Kepada Agama Islam Selama Tiga Hari

Diriwayatkan oleh Abu Ubaidah dan Yazid bin Abu Habib katanya :
Umar bin al Khaththab menulis sepucuk surat kepada Saad bin Abu Waqas ra. yang isinya, “Sesungguhnya aku menulis surat kepadamu agar mendakwahi manusia kepada agama Islam SELAMA TIGA HARI, maka barangsiapa yang menerima seruan dakwah ini dan memeluk Islam sebelum terjadinya perang, maka ia adalah laki-laki dan kalangan orang Islam. Ia mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Ia mempunyai hak untuk memperoleh bagian dalam harta rampasan (ghanimah). Barangsiapa yang menerima seruanmu setelah selesainya perang atau setelah kekalahan mereka, maka hartanya adalah fai bagi orang-orang Islam, karena sesungguhnya mereka telah mempertahankannya sebelum ke-Islamannya. Maka ini adalah perintah dan surat kepadamu.” (al Kanz)

Dakwah Salman al Farisi Selama Tiga Hari Pada Han Istana-Istana Putih di Persia
Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitab al Hilyah dan Abu al Bukhtari bahwa sepasukan tentara Islam yang dipimpin oleh Salman al Farisi ra. telah mengepung sebuah istana dan istana-istana putih di Persia. Tentara-tentara itu berkata kepada Salman, “Ya Abu Abdullah, apakah tidak kita serang saja mereka?”
Salman menjawab, “Biarlah aku yang mengurusnya, aku akan mendakwahkan Islam kepada mereka terlebih dahulu SELAMA TIGA HARI sebagaimana yang telah aku dengar dan Rasulullah SAW. dan sebagaimana kebiasaan dakwah mereka.”
Salman benkata kepada onang-orang Persia itu, “Aku adalah seorang lelaki dati kalangan kamu, bangsa Persia. Apakah kamu tidak melihat bahwa orang-orang Arab telah menaatiku, maka jika kamu memeluk Islam, kamu akan mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana kami mempunyai hak dan kewajiban. Sebaliknya, jika kamu ingkar dan terus berpegang kepada agamamu, maka kami akan membiarkanmu untuk terus berpegang kepada agama itu, tetapi kamu harus membayar jizyah dan kamu adalah taklukan kami.”
Salman berbicara kepada mereka dengan bahasa Persia, antara lain katanya, “Kamu tidak akan disanjung dan dipuji jika kamu menolak agama Islam dan kami akan menyamaratakan di antara kamu.”
Orang-orang Persia itu menjawab, “Kami tidak akan beriman dan tidak akan membayar jizyah, bahkan kami akan memerangi kalian.”
Tentara-tentara Islam pun berkata kepada Salman, “Ya Abu Abdullah, kita serang saja mereka.”
Jawab Salman, “Tidak.”
Maka Salman melakukan dakwah kepada mereka SELAMA TIGA HARI. Tetapi setelah tiga hari berlalu, mereka tetap menolak Islam. Maka Salman pun berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Bangunlah dan perangi mereka.”
Tentara Islam pun bangun dan memerangi orang-orang Persia itu sampai akhirnya mereka dikalahkan.
Dikeluarkan juga oleh al Hakim dalam kitab al Mustadrak dan Ahmad dalam musnadnya sebagaimana dalam kitab Nasbirrayah yang mengeluarkan hadits-hadits hidayah dengan maknanya: Ketiga tiba hari keempat, Salman memerintahkan orang-orang Islam supaya menyerang pada pagi hari dan menawannya.
Dikeluarkan juga oleh Ibnu Abu Syaibah sebagaimana dalam al Kanz dan dikeluarkan juga oleh Ibnu Jaris dan Abu al Bukhtari, katanya, “Pimpinan orang Islam ketika itu adalah Salman al Farisi, yang telah diangkat oleh mereka untuk menyeru orang-orang Persia kepada Islam.”

Dakwah Huzaifah bin Mihsan dan al Mughirah bin Syubah Kepada Rustam Pada Hari Kedua dan Hari Ketiga
Kemudian pada Hari yang kedua, Rustam meminta agar dikirimkan kepadanya seorang lelaki lain. Saad kemudian mengutus Huzaifah bin Mihsan. Huzaifah lalu berbicara kepada Rustam sebagaimana Ribi berbicra. Kemudian pada HARI YANG KETIGA al Mughirah bin Syubah diutus kepada Rustam, dan ia berbicara kepada Rustam dengan pembicaran yang panjang dan baik sekali.
Rustam berkata, “Sesungguhnya, dengan cara bagaimana kamu masuk ke negeri kami. Apakah seperti lalat yang menjumpai madu.”
Al Mughirah menjawab, “Barangsiapa yang dapat menyampaikanku ke tempat itu (madu), Ia akan memperoleh dua dirham. Apabila ia jatuh ke dalamnya, lalu ia meminta agar dikeluarkan darinya, tetapi tidak memperoleh pertolongan. Maka ia berkata, Barangsiapa yang membebaskanku, akan aku beri upah empat dirham. Perumpamaan kamu itu seperti serigala yang lemah yang memasuki sebuah ladang anggur. Pemilik ladang itu merasa kasihan melihatnya, lalu membiarkan begitu saja. Ketika serigala itu menjadi gemuk, lalu binatang itu membuat kerusakan di dalam ladang itu. Pemilik ladang itu datang dengan membawa sebatang kayu, lalu menyuruh seorang pembantunya untuk mengusirnya keluar. Serigala itu berusaha keluar dan ladang itu, tetapi tidak mampu karena kegemukan. Oleh karena itu, pemilik ladang itu memukulnya hingga mati. Seperti itulah kamu akan keluar dan negeri kami.”
Maka Rustam pun sangat marah dan bersumpah demi matahari akan membunuh orang-orang Islam keesokan harinya.

Al Mughirah berkata, “Engkau akan mengetahuinya besok.”
Rustam berkata, “Aku akan memerintahkan orang-orangku agar memberimu pakaian, dan kepada amirmu akan aku berikan uang seribu dinar, pakaian dan kendaraan. Dengan begitu, kalian harus meninggalkan kami.”
Al Mughirah berkata, “Akankah itu terjadi setelah kami memusnahkan kerajaanmu dan melemahkan kekuatanmu? Kami hanya mempunyai waktu yang sedikit saja dan akan mengambil bayaran jizyah darimu, dan kamu akan berada di bawah taklukan kami dan menjadi hamba kami, akibat dan kekerasan hatimu.”
Betapa geramnya Rustam mendengar perkataan itu.
Sebagaimana yang diceritakan dalam kitab al Bidaayah. Juga telah diriwayatkan oleh at Tabari dan Ibnu ar Rufail dan ayahnya dan Abu Usman an Nahdi dan yang lainnya.

Keluar 40 hari

Allah SWT berfirman : “dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya EMPAT PULUH MALAM. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan". (QS. Al A'raaf 142)

Ayat ini menerangkan peristiwa turunnya Kitab Taurat kepada Nabi Musa as. Allah SWT. telah menetapkan janji-Nya kepada Nabi Musa as. bahwa Dia akan menurunkan wahyu kepada Nabi Musa yang berisikan pokok-pokok agama dan pokok-pokok hukum yang akan menjadi pedoman bagi Bani Israil dalam usaha mereka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Waktu penurunan wahyu yang dijanjikan itu selama tiga puluh malam di gunung Sinai, kemudian ditambahnya sepuluh malam lagi sehingga menjadi empat puluh malam.

Mengenai turunnya Kitab Taurat kepada Nabi Musa diriwayatkan oleh Ibnu Munzir dan Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas waktu menafsirkan ayat ini, bahwa Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Tuhanku (Allah) menjanjikan kepadaku tiga puluh malam. Aku akan menemui-Nya dan aku jadikan Harun untuk mengurusimu. Maka setelah Musa as. sampai ke tempat yang dijanjikan, yaitu pada bulan Zulqaidah dan sepuluh malam bulan Zulhijah, lalu Musa as. menetap dan menunggu di atas bukit Sinai selama empat puluh malam, dan Allah SWT. menurunkan kepadanya Taurat dalam bentuk kepingan-kepingan bertulis, maka Allah mendekatkan Musa kepada-Nya untuk diajak bicara. Maka sesudah itu berbicaralah Allah, dan Musa pun mendengar bunyi getaran pena.

Empat puluh hari adalah tempo llahiah yang sempurna untuk melatih sifat kemanusiaan sebagaimana firman Allah SWT, Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlaku tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi. Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
Tuhannya, empat puluh malam.

Menyibukkan diri dalam amal agama (islah diri) selama 40 hari untuk melatih sifat kemanusian.
Nabi Musa as buat amalan intiqali (islah diri) selama 40 hari dan Nabi Musa pun berpesan kepada Nabi Harun as supaya buat amalan maqami. Supaya tetap buat dakwah kepada kaumnya.

Allah SWT berfirman : “Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) EMPAT PULUH MALAM, (QS. Al Baqarah 51)
Selama masa 40 hari Allah SWT telah memberikan Taurat. Islah diri (keluar di jalan Allah) selama masa 40 hari pemahaman Al Quran sedikit demi sedikit Allah SWT berikan kepada kita.

Nabi Muhammad Saw. bersabda yang maksudnya : “Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah) SELAMA 40 HARI maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui lidahnya”. (HR. Abu Dawud dan Abu Numan dalam Al-Hilyah 5/189)

Hadith yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud ra beliau berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya salah seorang daripada kamu dicipta didalam perut ibu selama 40 HARI sebagai nutfah kemudian 40 HARI menjadi seketul darah kemudian menjadi segumpal daging kemudian dihantar kepadanya seorang malaikat untuk meniupkan roh dan menulis kepadanya empat kalimat… (HR. Muslim)
Nuthfah (benih)
Untuk menumbuhkan benih-benih kecintaan kepada agama, benih kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. Perlu meluangkan masa 40 hari islah diri.

Setelah masa 40 hari dialam kandungan terbentuklah pendengarannya, panglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Setelah 40 hari islah diri terbentuklah pendengaran yang selalu mendengar kebaikan, panglihatan yang selalu melihat kebaikan. Akan ada perubahan kearah kebaikan setelah masa 40 hari.

Anas bin Malik meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Sesiapa yang mengerjakan solat berjemaah kerana Allah dengan memperoleh takbiratul ula selama 40 HARI akan mendapat dua kelepasan, kelepasan daripada api neraka dan kelepasan daripada sifat munafik. (HR. Tirmizi).
Untuk istiqamah shalat selama 40 hari tentu ada usahanya. Salah satu usahanya keluar dijalan Allah selama 40 hari. Supaya sifat-sifat munafik yang ada didalam diri kita hilang. Dengan adanya rombongan jamaah yang keluar dijalan Allah. Secara otomatis orang-orang yang terlibat didalamnya akan senantiasa menjaga shalat berjamaah selama masa 40 hari keluar.

Menyempurnakan Masa Empat Puluh Hari di Jalan Allah
Abdurrazaq meriwayatkan dan Yazid bin Abu Habib, katanya: Seorang lelaki datang menemui Umar bin Khaththab ra. Umar bertanya kepadanya, “Dari mana kamu?”
Jawab lelaki itu, “Aku baru berjaga di perbatasan (ribath).”
Tanya Umar, “Berapa lama?”
Jawabnya, “Tiga puluh hari.”
Kata Umar, Mengapa tidak kau genapkan selama EMPAT PULUH HARI? (Kanzul Ummal [2/228])

Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar selama 40 HARI, sesudah itu banjir mereda dan Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya. Dengan demikian binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai penghuninya.
Dimana-mana sekarang sudah banjir maksiat perlu juga manusia akhir zaman ini kembali naik perahunya Nabi Nuh as berlayar 40 hari dari mesjid ke mesjid. Supaya manusia juga selamat dari banjir maksiat hari ini. 

Di dalam perut ikan Nun, Yunus bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, ia bertasbih selama 40 HARI dengan berkata: "Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat dhalim)" Allah mendengar doa Yunus, dan Memerintahkan ikan nun mendamparkan Yunus di sebuah pantai.

Hari ini pun kalau keluar 40 hari membersihkan diri dari pikir dunia senantiasa bertasbih dan mohon ampun kepada Allah SWT akan memberikan kesan didalam hati manusia.

Nabi Ibrahim berada di dalam kobaran api sekitar 40 HARI. Namun, di tengah-tengah kepungan dan gumpalan api, Ibrahim malah mendapatkan pengalaman terindah dalam hidupnya. “Tidak ada kehidupan yang paling indah selain ketika aku berada di dalam api,” kata Ibrahim.
Untuk membakar sedikit demi sedikit kecintaan kepada dunia perlu meluangkan waktu 40 hari. Manusia pun kalau sungguh-sungguh dalam keluar 40 hari akan mendapatkan pengalaman terindah dalam hidupnya.

Banyak lagi hadits seperti ini yang menunjukkan keberkatan dan keutamaan pada tempo atau bilangan 40 hari. Kita dapat melihat seorang yang keluar dijalan Allah melatihkan dirinya dalam menjalani ketaatan selama 40 hari sudah pasti amalan ini akan terus dilakukan ketika berada di rumah atau dikampungnya.

Daripada hadith-hadith ini dan pandangan nuraniah inilah maka masyaikh dan ulama didalam usaha ini menyarankan supaya setiap orang dapat melapangkan masa selama 40 hari mempelajari usaha dakwah dan mengislahkan diri masing-masing.